Sabtu 23 Nov 2019 14:49 WIB

Taman Augmented Reality Pertama Indonesia Hadir di Jogja

Peace Village merupakan taman dengan ragam fasilitas tekenologi.

Yenny Wahid bertemu dengan sosok almarhum Gus Dur di atas panggung DISRUPTO 2019 melalui pemanfaatan teknologi Augmented Reality, Jumat (22/11).
Foto: Republika/Adysha Citra Ramadani
Yenny Wahid bertemu dengan sosok almarhum Gus Dur di atas panggung DISRUPTO 2019 melalui pemanfaatan teknologi Augmented Reality, Jumat (22/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Taman bermain luar ruang pertama yang dilengkapi dengan teknologi augmented reality resmi diperkenalkan. Taman bermain dengan nama Peace Village alias Desa Damai tersebut berlokasi di Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta. Soft launching ditandai dengan penandatanganan kerja sama antara Awadah Group dan AR&Co; pada event Disrupto 2019 di Plaza Indonesia, Jakarta, Sabtu (23/11).

”Peace Village merupakan taman augmented reality pertama di Indonesia. Kami percaya, penerapan teknologi dalam taman ini akan mampu memberikan pengalaman yang lebih menyenangkan, sekaligus mendidik para pengunjung,” jelas Yenny Wahid, inisiator Peace Village, yang merupakan salah satu unit kegiatan di bawah Awadah Group.

Taman seluas 5.000 meter persegi tersebut mengajak para pengunjung untuk belajar secara interaktif dengan konsep edutainment. Selain menjadi ajang bermain, jelas Yenny, pengunjung Peace Village akan dididik tentang berbagai hal seperti keberagaman, toleransi, dan lainnya. ”Konsep ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih pada masyarakat sekitar agar lebih terpacu untuk membangun daerahnya,” ujarnya.

Istilah augmented reality atau ”realitas tertambah” adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan/atau tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi, lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata.

Setiap pengunjung taman akan dilengkapi dengan perangkat mobile yang memberikan pengalaman augmented reality. Dengan perangkat tersebut, mereka harus menyelesaikan berbagai misi untuk berinteraksi dengan hewan-hewan virtual yang tersebar di dalam taman. Mereka juga dapat mempelajari karakteristik dari setiap hewan, serta menjawab berbagai pertanyaan.

Dalam kerangka yang lebih luas, Yenny Wahid menambahkan, Peace Village dirancang menjadi sebuah gerakan yang melibatkan warga di desa-desa untuk menjadi desa yang menerapkan nilai-nilai perdamaian, sekaligus memiliki kemandirian ekonomi.

”Gerakan ini akan mengembangkan program-program pemberdayaan masyarakat pada umumnya dan para perempuan serta anak-anak khususnya di desa-desa untuk mendorong peningkatan ekonomi keluarga mereka,” tutur putri Presiden ke-4 RI K.H. Abdurrahman Wahid ini.

Dalam keseharian, mereka bisa tetap tinggal di rumah dan mengasuh anaknya, sambil membuat usaha kecil untuk membantu pendapatan keluarga. Para perempuan juga akan dibekali kemampuan dalam menerapkan nilai-nilai perdamaian di lingkungan mereka masing-masing, sehingga tidak mudah terprovokasi dalam kasus-kasus intoleransi dan konflik kekerasan.

”Lebih dari itu, mereka justru memiliki kemampuan melakukan deteksi dini terhadap intoleransi dan konflik kekerasan,” jelas Yenny.

Sementara itu, General Manager AR&Co; Juliwina mengatakan, pihaknya selama ini selalu melihat potensi penerapan teknologi di bidang edutainment. ”Karenanya, ketika mengetahui visi dan misi Peace Village, terutama dalam kaitan dengan pendidikan kemasyarakatan, kami tidak ragu untuk mendukung penuh inisiasi Ibu Yenny Wahid ini,” kata Juliwina.

AR&Co;, kata dia, merupakan salah satu unit usaha di bawah WIR Group yang bergerak di bidang teknologi inovatif berbasis digital reality (AR, VR & AI).

Didirikan sejak 2009, AR&Co; telah mengerjakan ratusan projek di lebih dari 20 negara. Selain memiliki beberapa paten teknologi yang terdaftar secara global, AR&Co;. juga telah beberapa kali memenangkan penghargaan berkelas dunia di bidang teknologi augmented reality di Silicon Valley, Amerika Serikat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement