REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Mole robot Insight milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) kembali beroperasi. Robit InSight seharusnya menggali tanah planet Mars sekitar tiga hingga lima meter menggunakan alat yang disebut mole. Tapi alat tersebut macet dan hanya mampu menggali sekitar 0,3 meter.
Awal bulan ini, anggota tim InSight mengumumkan mereka berhasil membuat mole bergerak lagi dengan menjepitnya di robot pendarat. Terobosan tersebut menunjukkan sifat aneh tanah Mars yang mengakibatkan mole kehilangan gesekan dengan tanah.
“Penilaian awal menunjukkan kondisi tanah yang tidak biasa di Mars. Tim misi internasional sedang mengembangkan langkah-langkah selanjutnya untuk membuatnya terkubur lagi,” tulis para pejabat NASA, seperti yang dilansir dari Space, Rabu (30/10).
“Langkah selanjutnya adalah menentukan seberapa aman memindahkan lengan robot InSight menjauh dari mole untuk menilai situasi dengan lebih baik. Tim terus melihat data dan akan merumuskan rencana beberapa hari ke depan,” kata mereka.
Heat Flow and Physical Properties Package (HP3) disediakan oleh Pusat Aerospace Jerman. HP3 merupakan salah satu dari dua instrumen sains utama InSight. Yang lainnya adalah seperangkat seismo supersensitif yang disediakan oleh badan antariksa Pracis CNES dan mitranya untuk mengukur dan mengkarakterisasi gempa Mars.
Daya yang dikumpulkan oleh InSight, yang mendarat pada November 2018, akan membantu para ilmuwan untuk membangun peta 3D terperinci dari interior Planet Mars. Informasi ini, pada gilirannya, harus mengungkapkan banyak tentang pembentukan dan evolusi planet berbatu secara umum.
Seismometer telah mendeteksi 150 peristiwa hingga saat ini. Di antaranya telah dikonfirmasikan sebagai gempa Mars.
Hal tersebut disampaikan oleh manajer proyek InSight Tom Hoffman dari NASA Jet Propulsion Laboratory di Pasadena California saat presentasi di Konvensi Tahunan ke-22 Mars International di Los Angeles.
“Misi InSight secara keseluruhan berfungsi dengan sangat baik. Meskipun tim internasional akan terus melakukan yang terbaik untuk pekerjaan mole, ini bukanlah level satu untuk keberhasilan misi,” kata Associate Administrator untuk Direktorat Misi Sains NASA, Thomas Zurbuchen melalui Twitter, Selasa (29/10).