REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah Komposit di Pusat Teknologi Material dan Balai Teknologi Polimer Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah berhasil menciptakan sebuah inovasi teknologi berupa rumah komposit tahan gempa dan tahan api dengan tipe 36. Rumah tersebut dinamakan rumah komposit yang berarti rumah dengan berbagai bahan material khususnya komposit polimer.
Menurut Ketua Program Promosi dan Kerja Sama Pengembangan Rumah Komposit, Seto Roseno, material komposit polimer memiliki banyak keunggulan. "Di antaranya kuat dan ringan. beberapa dekade terakhir pemakaian material polimer kompist makin meningkat," kata Seto, dalam keterangan resmi yang diterima Republika, Rabu (22/5).
Peningkatan material polimer disebabkan karena sifat tekniknya yang baik seperti kekuatan dan kekakuan khusus yang tinggi, kepadatan rendah, ketahanan lelah yang tinggi redaman tinggi, dan koefisien termal rendah. Material yang memiliki sifat tahan api ini juga cukup ringan.
Seto mengatakan, total berat struktur rumah komposit dapat mencapai seperempat kali dibandingkan berat struktur rumah konvensional. Rumah ini didesain dengan konstruksi modular, pre-assembly, dan sistem join interlock yang dapat dibangun dengan waktu yang relatif singkat.
Selain itu, rumah komposit ini sudah dilakukan simulasi komputasi untuk prediksi ketahanan gempa. Gempa yang disimulasikan menyesuaikan perilaku di wilayah zonasi gempa Lombok 2018 lalu. Keunggulan lain material ini yakni dapat diangkut dengan cukup ringan melalui jalur darat, laut, atau udara ke lokasi yang membutuhkan.
Adanya rumah komposit ini dinilai penting karena Indonesia yang berada di dalam jalur cincin api. Posisi tersebut menyebabkan Indonesia rawan mengalami bencana alam khususnya gempa bumi.
Berbagai bencana yang terjadi tentu membuat pemerintah melakukan berbagai proses mitigasi bencana. Belum lagi penanganan masalah pengungsi dan setelah bencana terjadi. Kerugian yang diakibatkan bencana ini salah satunya adalah kerusakan bangunan. Karena itu kebutuhan akan hunian yang aman saat bencana terjadi masih sangat besar.
Sejumlah negara yang rawan bencana seperti Jepang, memiliki rumah khusus tahan gempa bagi warganya. Menurut Seto Indonesia pun harus mempunyai rumah tanggap darurat untuk bencana. Diharapkan program ini dapat mendukung program prioritas dalam Rencana Kerja Pemerintah 2020 yakni Penguatan Infrastruktur Kawasan Tertinggal dan Ketahanan Bencana yang ditetapkan Kementerian PPN/Bappenas saat Musrenbangnas 2019.