REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Banyaknya produsen gawai yang masuk ke Indonesia membuat pertarungan penjualan ponsel pintar semakin sengit. Di satu sisi, masyarakat punya banyak pilihan ponsel mulai dari entry level sampai high level. Namun di sisi lain, perusahaan harus memeras otak demi memenangkan pilihan konsumen.
Kondisi ini disadari oleh salah satu brand ponsel Indonesia, Advan. Menurut Direktur Pemasaran Advan Tjandra Lianto, perusahaannya masih memilih bertahan di pasar kelas menengah ke bawah demi mempertahankan posisi. "Pengguna di level atas umumnya sudah fanatik terhadap merk. Tapi di entry level tidak demikian karena mereka lebih mempertimbangkan harga," kata Tjandra kepada Republika saat ditemui belum lama ini.
Sebagai produk berbendera lokal, Advan menyadari dirinya harus berkompetisi melawan raksasa-raksasa global. Tjandra menuturkan pemain paling gemuk berada di kisaran harga Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta. Oleh karena itu, pihaknya memasang strategi dengan menjual produk di harga yang terjangkau. Dengan demikian, masyarakat semakin mudah untuk mengakses teknologi dan mencoba pengalaman baru.
"Kita harap dengan makin murah dan mudahnya teknologi, orang akan semakin lebih percaya terhadap kita," jelasnya. Tjandra mengungkapkan masyarakat Indonesia belum cukup loyal pada produk teknologi dalam negeri. "Fenomena itu umum terjadi di negara-negara Asia. Masyarakatnya lebih memilih merk global daripada lokal," imbuh Tjandra.
Sejauh ini, pangsa pasar terbesar Advan diklaim masih berada di Pulau Jawa dengan kontribusi penjualan sebesar 60 persen. Berdasarkan data IDC yang dirilis tahun ini, nama Advan bertengger di posisi ketiga dalam kategori lima besar merk ponsel pintar pada 2017. Peringkat pertama ditempati oleh Samsung dan di posisi kedua ada merk asal Cina, Oppo.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
