Kamis 12 Jul 2018 14:39 WIB

Jejak Leluhur Manusia Migrasi Ke Luar Dari Afrika Ditemukan

Ilmuwan Cina menemukan peralatan batu di Shangchen Cina berusia 2,1 juta tahun

Rep: Nora Azizah / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Peneliti menggali peralatan batu berusia 2,1 juta tahun di Shangchen Cina. Laporan ini mendorong kemungkinan sebagai penemuan tertua Hominid di luar Afrika
Foto: Z.Zhou/CAS
Peneliti menggali peralatan batu berusia 2,1 juta tahun di Shangchen Cina. Laporan ini mendorong kemungkinan sebagai penemuan tertua Hominid di luar Afrika

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Para ilmuwan Cina menggali alat-alat batu yang kemungkinan dibuat oleh nenek moyang manusia. Berdasarkan laporan Live Science, bukti tersebut berusia sekitar 2,12 juta tahun. Menurut para ilmuwan, peninggalan tersebut merupakan bukti paling garis keturunan manusia yang berada di luar Afrika. Ini menjadi bukti bahwa manusia melakukan migrasi dari Afrika lebih cepat dari yang pernah diperkirakan.

Para arkeolog Cina dan Inggris menemukan lusinan batu kuarsa dan kuarsit di Shangchen, Cina. Batu-batu tersebut dinamai endapan abu-abu kekuningan atau loess. Situs tersebut secara geologis cukup unik karena mengandung beberapa lapisan. Sendimen yang halus tertiup angin terus bertumpuk dari 1,26 juta tahun hingga 2,12 juta tahun.

Jejak manusia purba tersebut dinamakan Hominins yang mungkin berasal dari Afrika hingga enam juta tahun lalu. Spesies tersebut diperkirakan muncul setelah garis keturunan genus Homo, yakni terpisah dari simpanse. Hingga saat ini, para ilmuwan telah menemukan artefak hominin dan fosil yang berumur 1,5 hingga 1,7 juta tahun di berbagai tempat di Afrika.

Bukti paling awal dari Hominins di luar Afrika berasal dari kerangka dan artefak yang terkait dengan Homo Erectus. Spesies tersebut ditemukan di Dmanisi, Georgia, sekitar 18 tahun lalu. Di satu sisi, menemukan artefak dalam konteks aslinya akan mengacu pada fakta bahwa artefak tetap berada pada lapisan asli sendimen. Namun di sisi lain, ilmuwan penting bersikap skeptis dan berhati-hati ketika menganalisis potongan kuno.

Bila dilihat secara kasat mata, batu-batu tersebut mungkin hanya terlihat sebagai proses alami. Bentuknya terpahat dan terkelupas dari waktu ke waktu. Namun para peneliti yang berpengalaman bisa memperhatikan serpihan batu-batu tersebut terus diulang hingga membentuk garis di berbagai arah.

Paleoantropolog dari Universitas Exeter, Inggris Robin Danell yang juga menulis hasil penelitian tersebut mengatakan, tanda besar lain bahwa batu-batu itu merupakan loess adalah pemandangan luas bebatuan di sekitarnya. "Tidak ada proses alami yang bisa membuat bebatuan luas mengelupas seperti ini," ungkap Danell.

Keberadaan alat-alat batu tersebut menunjukkan bahwa nenek moyang manusia meninggalkan Afrika sekitar 10 ribu generasi lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya. Namun ilmuwan belum yakin secara detail jenis spesies Hominin yang membuat perkakas tersebut. Bisa saja Homo Erectus, tetapi masih terlalu dini untuk menyimpulkan.

Penemuan tersebut membuka jalan keluar seputar pertanyaan manusia melakukan migrasi ke luar dari Afrika. Tidak hanya itu, penemuan tersebut menjadi bukti bahwa manusia sudah melakukan adaptasi dengan berbagai keadaan ekologis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement