Kamis 12 Jul 2018 10:54 WIB

Alat Kuno dari 2,12 Juta Tahun Lalu Ditemukan di Cina

Temuan ini mengindikasikan keberadaan manusia di luar Afrika.

Arkeolog memukan alat-alat kuno di Cina sebagai bukti awal keberadaan manusia di luar Afrika.
Foto: AP
Arkeolog memukan alat-alat kuno di Cina sebagai bukti awal keberadaan manusia di luar Afrika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arkeolog memukan alat-alat kuno di Cina. Temuan ini mengindikasikan kemungkinan keberadaan hominin atau manusia awal di luar Afrika, lebih awal dari perkiraan sebelumnya.

Dalam jurnal Nature, tim yang dipimpin oleh Profesor Zhaoyu Zhu dari Akademi Ilmu Pengetahuan Cina menemukan serangkaian peralatan batu dari zaman Pleistosen Awal di Shangchen di Dataran Tinggi Loess Cina.

Alat tertua dari temuan ini berasal dari dari 2,12 juta tahun yang lalu. Usia ini 270 ribu tahun lebih tua dari kerangka berusia 1,85 juta tahun dan alat-alat batu dari Dmanisi, Georgia, yang sebelumnya diduga sebagai bukti paling awal dari keberadaan manusia di luar Afrika.

Fosil 'Raksasa Pertama' Ditemukan di Argentina

"Kami belum menemukan fosil hominin terkait di Shangchen. Jadi, temuan ini belum dapat menjelaskan siapa yang membuat alat ini. Kami mungkin berbicara tentang jenis hominin yang sangat primitif," kata Zhu kepada Xinhua.

Dataran Tinggi Loess Cina terbentang sekitar 270 ribu kilometer persegi. Menurut penelitian, 80 artefak batu ditemukan terutama di 11 lapisan tanah fosil yang berbeda yang berkembang dalam iklim yang hangat dan basah. Di antara batu-batu ini ada inti, serpihan, serpihan, penggerek yang menunjukkan bukti keberadaan alat.

Sebanyak 16 item ditemukan dalam enam lapisan tanah yang berkembang di bawah kondisi yang lebih dingin dan lebih kering. Studi menyebutkan ke-17 lapisan tanah fosil yang berbeda ini dibentuk selama periode yang mencakup hampir satu juta tahun. Ini menunjukkan bahwa jenis manusia awal menduduki Dataran Tinggi Loess Cina di bawah kondisi iklim yang berbeda antara 1,2 juta dan 2,12 juta tahun yang lalu.

"Dengan penemuan ini artinya kita sekarang perlu untuk mempertimbangkan kembali kapan manusia awal meninggalkan Afrika," kata Profesor Robin Dennell dari Universitas Exeter, yang tergabung dalam penelitian ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement