Senin 02 Apr 2018 10:07 WIB

'Istana Surgawi' Itu Jatuh ke Bumi

Tiangong-1 atau 'Heavenly Palace 1' atau istana surgawi masuk atmosfer, Senin (2/4).

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Stasiun ruang angkasa Cina, Tiangong-1 mengalami deorbit, Senin (4/2).
Foto: CMSA via news scientist
Stasiun ruang angkasa Cina, Tiangong-1 mengalami deorbit, Senin (4/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Stasiun ruang angkasa Cina, Tiangong-1, kembali memasuki atmosfir bumi dan terbakar di tengah Pasifik Selatan pada hari Senin (2/4). Tiangong-1 kembali memasuki atmosfir sekitar pukul 8:15 pagi waktu Beijing (0015GMT / 8.15 pm ET).

Skuadron Luar Angkasa Angkatan Udara AS mengatakan dalam sebuah pernyataan, mereka telah mengkonfirmasi masuk kembalinya Tiangong dalam koordinasi dengan rekan-rekan di Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Korea Selatan dan Inggris.

Beijing mengatakan pada hari Jumat (30/3) bahwa tidak mungkin ada potongan besar akan mencapai tanah. Tiangong-1 yang memiliki panjang 10,4 meter (34,1-kaki), atau 'Heavenly Palace 1' atau istana surgawi, diluncurkan pada tahun 2011 untuk melakukan percobaan docking dan orbit sebagai bagian dari program ruang angkasa Cina yang ambisius, yang bertujuan untuk menempatkan stasiun permanen di orbit pada 2023.

Tabloid China Global Times mengatakan pada hari Senin, sensasi di media di seluruh dunia tentang masuknya kembali mencerminkan 'iri' pihak luar negeri terhadap industri luar angkasa Cina.

"Hal yang normal bagi pesawat ruang angkasa untuk masuk kembali ke atmosfer, namun Tiangong-1 menerima begitu banyak perhatian, sebagian karena beberapa negara Barat mencoba untuk menghebohkan dan membuang lumpur di industri kedirgantaraan Cina yang tumbuh cepat," katanya.

Wahana luar angkasa Tiangong-1 merupakan prototipe stasiun luar angkasa pertama yang dimiliki Cina dan diluncurkan pada 29 September 2011 bersamaan dengan roket Long March 2F/G. Stasiun luar angkasa ini berfungsi baik sebagai laboratorium berawak dan testbed eksperimental untuk menunjukkan kemampuan pertemuan dan dasi orbital.

Pada November 2011, Tiangong-1 dikunjungi oleh serangkaian pesawat luar angkasa Shenzhou selama masa operasinya dua tahun. Yang pertama, Shenzhou 8 yang tidak berawak, berhasil berlabuh dengan modul ini pada bulan November 2011.

Sementara misi Shenzhou 9 yang berawak berlabuh pada Juni 2012. Misi ketiga dan terakhir ke Tiangong-1 yakni pesawat dengan awak Shenzhou 10, berlabuh pada Juni 2013 dan berhasil mendaratkan astronaut wanita Cina pertama, Liu Yang dan Wang Yaping di Tiangong-1.

Pada 21 Maret 2016, setelah masa pakainya diperpanjang dua tahun, Space Engineering Office mengumumkan bahwa Tiangong-1 telah secara resmi mengakhiri pengabdiannya. Mereka menyatakan bahwa hubungan telemetri dengan Tiangong-1 telah hilang.

Beberapa bulan kemudian, pelacak satelit amatir mengetahui bahwa badan antariksa Cina telah kehilangan kendali atas Tiangong-1. Pada September 2016, setelah mengakui bahwa mereka telah kehilangan kendali atas stasiun tersebut, para pejabat berspekulasi bahwa stasiun luar angkasa tersebut akan masuk kembali dan terbakar di atmosfer bumi pada akhir tahun 2017.

Sampai akhir November 2017, Tiangong-1 terpantau di ketinggian sekitar 290 kilometer dan mengarah ke Bumi dengan kecepatan sekitar 10 kilometer perbulan. Para ilmuwan keantariksaan dari berbagai negara memperkirakan stasiun luar angkasa ini akan deorbit beberapa waktu di bulan April 2018.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement