Ahad 01 Apr 2018 13:09 WIB

Abu Hawking Dikebumikan di Samping Makam Isaac Newton

Abu Hawking akan dikebumikan di Westminster Abbey London.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Dwi Murdaningsih
Stephen Hawking menghadiri pemutaran perdana film 'The Theory of Everything' di Leicester Square, London, (9/12/2014).
Foto: FACUNDO ARRIZABALAGA/EPA
Stephen Hawking menghadiri pemutaran perdana film 'The Theory of Everything' di Leicester Square, London, (9/12/2014).

REPUBLIKA.CO.ID, CAMBRIDGE -- Mobil jenazah membawa Profesor Stephen Hawking tiba di gereja universitas di Great St. Mary's di Cambridge. Lonceng berbunyi 76 kali. Menandai bilangan fisikawan terkenal itu tutup usia. Petinya dibungkus dengan bunga putih.

Enam orang membawa peti mati dari perguruan tinggi Gonville & Caius, tempat Hawking menghabiskan waktu selama lebih dari 50 tahun. Keluarga Hawking mengundang sekitar 500 tamu untuk layanan pribadi.

Sejumlah penggemar meninggalkan karangan bunga di sekitar gereja. Abu Hawking akan dikebumikan di Westminster Abbey London, di samping makam fisikawan terkenal lainnya, Isaac Newton.

Putra tertuanya, Robert memuji ayahnya. Mantan mahasiswanya, fisikawan Inggris Fay Dowker, menganggap Hawking seseorang yang 'abadi'. Hadir pula aktor Eddie Redmayne, yang memenangkan Oscar karena perannya sebagai Hawking dalam film Theory of Everything 2014.

Paduan suara dari perguruan tinggi Gonville & Caius menyanyikan Beyond the Night Sky. Sebuah karya paduan suara yang diciptakan sebagai hadiah untuk Hawking saat ulang tahun ke-75 tahun. Hawking adalah seorang ateis.

"Saya menganggap otak sebagai komputer yang akan berhenti bekerja ketika komponennya gagal," kata dia suatu ketika semasa masih hiudp kepada Guardian.

Karena ikatan yang dalam dengan Universitas Cambridge, keluarga memilih layanan Gereja Inggris yang biasa diberikan kepada orang-orang lama di sini. Di luar gereja, banyak pengagum Hawking memberi penghormatan.

Mereka bertepuk tangan ketika peti mati Hawking tiba. Beberapa orang berswafoto. Sebagian lainnya, mengangkat tinggi-tinggi telepon genggamnya berharap bisa melihat peti Hawking.

Nikos Orginis (14) naik ke pagar untuk mengambil foto. "Aku harus menemukan jalan. Karena aku tidak akan melihat pria itu lagi. Dan dia adalah seorang ilmuwan yang baik," ujar dia.

Ayah Nikos Orginis, Kostas Originis menambahkan dengan menyebut Hawking adalah ilmuwan hebat. Kostas Originis juga seorang profesor fisika. Dia mengajar di perguruan tinggi William and Mary di Williamsburg, Va. Dia cuti tahun ini di Universitas Cambridge.

"Kantor saya sebenarnya di bawah kantor Profesor Hawking. Aku melihat dia di kursinya berkeliaran di sekitar gedung," ujar dia.

Ia menyesal tak menyapa Hawking saat ada kesempatan. Ia menganggap Hawking adalah pahlawan. Saat masih kecil, Originis belajar matematika di negara asalnya, Yunani. Orginis mendengar, Hawking memecahkan soal matematika di otaknya, karena dia tidak bisa berbicara atau menulis.

Saat malam, Originis berbaring dan mencoba memecahkan masalah pekerjaan rumah (PR) matematika di otak, tanpa menuliskannya. Namun, ia tak bisa melakukannya.

"Aku tidak bisa. Aku tidak pernah bisa mengerti bagaimana dia bisa berpikir dan memecahkan masalah seperti itu, semua di kepalanya," kata Originis.

Pensiunan Roy Harris (75) mengaku tidak terlalu mengerti dengan kiprah Hawking di dunia ilmu pengetahuan. Namun, ia meyakini Hawking adalah pria hebat yang dibanggakan semua orang.

Aktivis pendidikan Chris Imafidon membawa keponakan kembar, Paula dan Peter (17) untuk memberi penghormatan terakhir pada Hawking. Paula, yang mencintai fisika, sudah lama menjadi penggemar Hawking.

Paula dan Peter pelajar luar biasa. Pada usia 9 tahun, mereka menjadi siswa sekolah menengah termuda di Inggris. Paula, seorang ahli matematika, mengatakan Hawking mengilhaminya untuk mencintai fisika.

Chris Imafidon masih terkenang pidato Hawking pada 2008 di Institut Ilmu Matematika Afrika (AIMS) di Cape Town, Afrika Selatan. Hawking berbicara tentang calon Einstein muda dari bakat brilian Afrika. "Dia juga mendorong anak-anak berbakat dari latar belakang yang kurang beruntung di sini di Inggris," ujar Imafidon.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement