Kamis 23 Apr 2020 11:58 WIB

Ventilator Milik Stephen Hawking Disumbangkan ke Rumah Sakit

Ventilator dipakai untuk membantu penanganan pasien yang terinfeksi virus corona.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Stephen Hawking
Foto: EPA/Ramon De la Rocha
Stephen Hawking

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Keluarga mendiang ahli astrofisikia Stephen Hawking dilaporkan telah menyumbang alat ventilator kepada sebuah rumah sakit di Cambridge, Inggris. Alat ventilator untuk membantu penanganan pasien yang terinfeksi virus corona jenis baru (covid-19).

Alat tersebut merupakan milik ilmuwan yang meninggal pada 14 Maret 2018 itu setelah berjuang lama melawan penyakit saraf motorik yang dideritanya.  Dalam sebuah pernyataan pada rabu (22/3), putri dari Hawking, Lucy mengatakan bahwa keluarga ingin menyumbangkan ventilator ke Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) sebagai bentuk terima kasih atas perawatan medis yang brilian.

Ia secara khusus mengatakan bahwa Rumah Sakit  Royal Papworth dan Addenbrooke di Cambridge telah berdedikasi penuh dalam tindakan medis yang diberikan untuk menyelamatkan nyawa banyak orang. Virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit COVID-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, Cina pada Desember 2019. Sejak saat itu, virus terus menyebar secara global ke berbagai negara lainnya di dunia.

Hingga kamis (23/4), Inggris mengkonfirmasi sebanyak 133.495 kasus dan 18.100 kematian akibat covid-19. Negara  itu menjadi salah satu yang telah memberlakukan lockdown guna membendung penyebaran virus.

Covid-19 yang berasal dari keluarga virus corona yang sama dengan beberapa wabah lainnya, yaitu SARS (sindrom pernapasan akut parah) dan MERS (sindrom pernapasan Timur Tengah) menjadi lebih mematikan dengan tingkat penyebaran yang cepat. Saat wabah SARS terjadi pada 2002-2003, sebanyak 774 orang meninggal, sementara MERS yang mewabah sejak 2012 tercatat menewaskan sedikitnya 828 orang.

Bagi kebanyakan orang, infeksi virus corona jenis baru menyebabkan gejala ringan atau sedang, seperti demam dan batuk yang hilang dalam dua hingga tiga minggu. Namun, sebagian orang, terutama orang dewasa yang lebih tua (berusia lanjut) dan orang-orang dengan masalah kesehatan yang telah ada, COVID-19 dapat menimbulkan gejala yang lebih parah, termasuk pneumonia, dan bahkan kematian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement