REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim peneliti Universitas Soochow, Cina, telah menemukan sebuah metode yang memungkinkan sel surya untuk menghasilkan listrik dari tetesan air hujan. Cara ini diprediksi mampu meningkatkan efisiensi dan memungkinkan perangkat menghasilkan energi, sekalipun di malam hari.
Dilansir dari Engineering and Technology, Senin (12/3), metode tetesan air hujan ini menjadi solusi dari tantangan terbesar teknologi sel surya, yaitu saat cuaca mendung dan hujan. Dua kondisi ini membuat sinar matahari minim untuk mencapai perangkat menghasilkan listrik.
Sebelumnya, untuk meningkatkan efisiensi sel surya di tengah kondisi hujan, telah ada metode penambahan pseudocapacitor (komponen superkapasitor) atau narogenerator triboelectric ke sel surya yang ada. Meski membantu, pendekatan ini terbukti rumit untuk dirakit.
Tim Universitas Soochow mengambil pendekatan alternatif untuk masalah ini. Mereka mencetak dua polimer dan menempatkannya ke dvd. Dengan menambahkan tekstur ini, dihasilkan dorongan pada kinerja triboelektrik dari salah satu polimer. Yakni, meningkatkan efisiensi konversi energi mekanik eksternal dari tetes hujan yang jatuh menjadi energi listrik.
Karena kedua polimer itu transparan, mereka tidak mencegah sel terus menghasilkan energi dari sinar matahari di tengah turunnya hujan. Sel surya hibrida semacam ini akan mampu menghasilkan energi bahkan pada saat gelap dan hujan. "Metode ini menjanjikan pendekatan yang efisien untuk mengumpulkan energi dari lingkungan dalam kondisi cuaca berbeda," tulis para peneliti.