REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menargetkan seluruh kabupaten/kota di Indonesia terhubung jaringan internet dengan kecepatan tinggi pada 2019. Sehingga, menurut Rudiantara, semua orang bisa mengakses informasi di manapun.
"Pemerintah mempunyai kebijakan keberpihakan dan targetnya 2019 semua kabupaten/kota di Indonesia sudah terhubung dengan yang namanya jaringan tulang punggung internet kecepatan tinggi," kata Menkominfo acara peresmian Grha Suara Muhammadiyah di Yogyakarta, Ahad (25/2).
Menurut Menkominfo, kebutuhan informasi dengan didukung jaringan internet kecepatan tinggi saat ini memang sebuah keharusan, menyusul peralihan sarana informasi dari media cetak, elektronik, maupun televisi kepada media online dan media sosial. "Karena perubahan ke media sosial itu secara teknologi kita akan terus membangun infrastruktur TIK (teknologi informasi dan komunikasi) sehingga orang bisa mengakses informasi, bisa memanfaatkan teknologi dimanapun berada di Indonesia," katanya.
Rudiantara menyebutkan, saat ini sudah hampir 90 persen kabupaten/kota se-Indonesia tersambung dengan internet sehingga hingga 2019 pembangunan infrastruktur sarana penunjang TIK di daerah yang belum tersedia diharapkan sudah selesai. "Termasuk di Papua itu ada 30 kabupatan/kota di Papua dan Papua Barat yang tidak ada sama sekali infrastruktur jaringan tulang punggung internet kecepatan tinggi itu sudah dibangun oleh pemerintah," kata Menkominfo.
Menteri melanjutkan, dengan adanya jaringan internet dengan kecepatan tinggi itu selain memudahkan masyarakat mengakses informasi, juga menjadikan perubahan daerah itu sendiri yang sebelumnya belum menjadi bisa mengikuti perkembangan informasi. "Saya pernah minta izin mau ke Universitas Muhammadiyah yang ada di Merauke, Papua, dan perubahan ini mengakibatkan perubahan konten terutama dari validitas ketangguhan konten itu sendiri," katanya.
Apalagi, lanjut Menteri, seperti diketahui bersama bahwa konten di media sosial tersebut banyak yang tidak benar atau hoax, bahkan konten yang tidak dapat dipertanggungjawabkan itu bertebaran di dalam percakapan media sosial. "Kalau saya menerima informasi di grup apalagi percakapan saya itu hanya buka tutup, buka tutup sehingga boleh dikatakan setengahnya (dari konten yang bertebaran di medsos) itu tidak berkualitas. tidak memberi manfaat, lebih banyak mudaratnya," katanya.