Ahad 18 Feb 2018 07:22 WIB

Angin Kuat Buat Rute Migrasi Singa Laut Jadi Lebih Jauh

singa laut bermigrasi ke utara dengan jarak tempuh lebih jauh dari sebelumnya.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Esthi Maharani
Pantai Alaska
Foto: .
Pantai Alaska

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON -- Nelayan-nelayan Amerika Asli di Alaska telah lama mengatakan anak-anak singa laut berenang mengikuti terpaan angin ketimbang melawannya. Studi terbaru saat ini memvalidasi pepatah itu.

Sebuah riset yang disampaikan dalam pertemuan American Geophysical Unions Ocean Sciences di Portland, Oregon AS pekan ini menemukan, anak-anak singa laut bermigrasi ke utara dengan jarak tempuh lebih jauh dari sebelumnya. Kondisi itu meningkatkan risiko kematian anak-anak singa laut, demikian dilansir Science News, pekan ini.

Pada usia empat bulan, anak singa laut mulai mengarungi laut dari Kepulauan Pribilof di Alaska melintasi Laut Bering dan Samudera Pasifik bagian utara. Perjalanan itu akan memakan waktu 20 bulan sebelum anak-anak singa laut kembali ke Kepulauan Pribilof di Alaska.

Oseanografer fisik Noel Pelland bersama timnya dari Pusat Ilmu Perikanan Lembaga Oseanografi dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) membandingan grasi 168 anak singa laut sepanjang 1996 hingga 2015 dengan memasukkan data angin. Arah dan kecepatan angin disimulasikan menggunakan data dari U.S. National Centers for Environmental Prediction.

Secara rata-rata, anak-anak singa laut berenang lebih jauh saat kecepatan angin tinggi. Anak-anak singa laut juga cenderung bergerak ke kanan dari arah embusan angin atau cenderung mengikuti lombang laut yang terbawa angin.

Data menunjukkan rata-rata anak singa laut berenang selama 130 hari. Namun tak diketahui apakah merekamati atau tidak. ''Hal ini agak mempersulit menemukan kaitan intensitas angin dengan tingkat kematian anak-anak singa laut,'' ungkap Pelland.

Meski begitu, tantangan fisik yang lebih besar beberapa tahun belakangan ini bisa jadi penjelasan mengapa populasi singa laut tidak juga menunjukkan tanda pemulihan meski dalam beberapa dekade ini perburuan anak singa laut sudah dilarang.

Setelah membandingkan data migrasi anak singa laut, data intensitas angin, dan tingkat kematian anak singa laut, Pelland mengatakan data-data tersebut dapat membantu indentifikasi kaitan langsung antara angin dengan tingkat kematian anak-anak singa laut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement