Rabu 07 Feb 2018 02:30 WIB

Ilmuwan Temukan Hal Baru Soal Evolusi Laba-laba

Peneliti telah menemukan spesies baru arkhanida yang mirip laba-laba.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Spesies mirip laba-laba yang diberi nama Chimerarachne yingi.
Foto: Universitas Kansas
Spesies mirip laba-laba yang diberi nama Chimerarachne yingi.

REPUBLIKA.CO.ID, KANSAS -- Peneliti menemukan spesies baru jenis arkhanida yang mirip laba-laba yang biasa ditemui sekarang. Spesies tersebut memiliki bagian tubuh yang berbeda dari laba-laba lainnya, yaitu ekor. Spesies tersebut ditemukan di sebuah ambar di Myanmar.

Sebuah ambar bisa memberikan pandangan baru dari kehidupan prehistoris. Hal tersebut karena sebuah ambar bisa melestarikan unsur-unsur yang tidak bisa dilakukan pada fosil biasa.

Hingga saat ini, tidak ada laba-laba yang memiliki ekor. Akan tetapi, bagi seekor arkhanida ekor bukanlah hal yang aneh. Seekor kalajengking cambuk atau ketonggeng merupakan salah satu keluarga laba-laba yang paling dekat yang memiliki ekor. Selain itu, peneliti juga menemukan ekor pada spesies arakhnida yang lebih tua namun tidak memiliki pemintal.

Chimerarachne, spesies baru yang ditemukan di Myanmar ini menjadi pengisi kekosongan pada evolusi arakhnida. Berbeda dari daftar arakhnida lainnya, hewan ini memiliki ekor dan juga pemintal.

"Spesies sebelumnya yang kami temukan berbeda karena mereka memiliki ekor namun tanpa pemintal. Oleh karena itu, yang baru ini menarik terlepas dari usianya yang lebih muda," ujarAhli Paleoantologi Universitas Kansas, Paul Selden.

Paul menambahkan, berdasarkan analisisnya, hewan yang baru ditemukan tersebut berada di antara arakhnida yang belum memiliki pemintal dan laba-laba modern yang sudah tidak memiliki ekor. Itulah sebabnya hewan ini menjadi pengisi kekosongan evolusi laba-laba.

Saat ini, para peneliti masih belum bisa mengetahui bagaimana kehidupan seekor Chimerarachne. Meskipun demikian, mereka memperkirakan bisa jadi keturunan Chimerarachne yang memiliki ekor masih hidup di hutan-hutan sekitar Asia Tenggara hingga hari ini. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Ecology and Evolution.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement