REPUBLIKA.CO.ID, BANGALORE -- India bersiap untuk meluncurkan misi kedua di Bulan. Di sebuah gudang besar di dekat markas Organisasi Riset Luar Angkasa India (ISRO) di Bangalore, sebuah rover enam roda menderu di atas puing abu-abu tua di sebuah lanskap yang dirancang untuk meniru permukaan batu bulan.
Berbagai pengujian disiapkan untuk beberapa pekan ke depan. Hal ini merupakan langkah penting bagi India untuk meluncurkan misi kedua pada Maret 2018 mendatang. Misi Chandrayaan-2, proyek yang sudah dinanti-nantikan hampir satu dekade setelah India memulai perjalanan pertamanya ke Bulan pada 2008 lalu. Dalam tiga sampai empat pekan, ISRO akan memulai salah satu tahap pengujian akhir dan paling kompleks untuk Chandrayaan- 2 dan mengintegrasikan semua komponennya.
"Misi Chandrayaan-2 merupakan perpanjangan dari misi Chandrayaan-1," kata Direktur Proyek ISRO, Mylswamy Annadurai, seperti yang dilansir dari Nature, Selasa (24/10).
Perjalanan bulan perdana India merupakan pencapaian yang signifikan untuk program luar angkasa. Namun berakhir sebelum waktunya ketika ISRO kehilangan kontak dengan pengorbit tersebut selama 10 bulan dalam misi dua tahun yang direncanakan.
Namun, instrumen data pada probe yang mencapai permukaan bulan cukup bagi para ilmuwan untuk mengkonfirmasi adanya jejak air. Chandrayaan-2 akan mencoba manuver teknis yang lebih ambisius dan akan membuat teknologi ruang angkasa India diuji.
Untuk pertama kalinya, ISRO akan berusaha memberikan keahlian. Badan tersebut harus mengembangkan sistem canggih yang dapat mengarahkan pendarat ke bawah dan berhasil menyebarkan rover tersebut.
Eksplorasi India sebagian didorong oleh kebutuhan perbaiki pemahaman tentang atmosfer bulan. Berbeda dengan misi-misi lainnya yang berkeinginan untuk membentuk pemukiman manusia di sana.
Salah satu fenomena yang kurang dipahami adalah debu lunar yang mengambang. Ini disebabkan permukaan bulan yang diterpa oleh angin matahari dan ultraviolet, lalu menciptakan lapisan ion bermuatan yang disebut selubung plasma.
Ilmuwan planet Penny King dari Universitas Nasional Australia mengatakan jika manusia menjelajah bulan, debu ini akan menjadi tantangan signifikan. Debu ini akan menyebabkan kerusakan.
ISRO mengatakan pengorbit Chandrayaan-2 dan pendaratan akanmembawa instrumen sejenis misi pertama, yakni Radio Anatomy of Moon Bound Hypersensitive Ionosphere and Atmosphere (RAMBHA) untuk mengukur kepadatan plasma di dekat permukaan dan bagaimana perubahannya dari waktu ke waktu.
Sisa rangkaian instrumen pesawat ruang angkasa akan mengumpulkan data untuk membantu ilmuwan mempelajari aspek lingkungan bulan sekarang dan bagaimana hal itu telah berevolusi. Pendarat Chandrayaan-2 akan melakukan pengukuran termal pertama di lapangan di permukaan bulan dekat daerah kutub.
"Misi diharapkan lebih mengkonsilidasikan temuan dari misi pertama dan menambahkan yang baru dengan analisis situ tentang permukaan bulandan ionosfer," kata Direktur Pusat Satelit ISRO di Bangalore.
ISRO berencana menjalankan misinya dengan anggaran sebesar 6,03 miliar rupee (Rp 1,2 triliun), termasuk biaya roket dan peluncurannya. Chandrayaan-2akan dibawa ke ruang angkasa di salah satu tiga roket tersebut.
Peluncuran satelit Geosynchronous Vehicle Mark II lepas landas dari sebuah stasiun luar angkasa di Pulau Sriharikota di Teluk Benggala.
"Hal bagus dari program antariksa India adalah mereka bisa melakukan hal-hal dengan harga murah," kata ahli astrobiologi Universitas Nasional Australia Charles Lineweaver