Senin 23 Oct 2017 05:00 WIB

Jejak Peradaban Megalitik Tertua di Lore-Lindu

Megalitikum di Kampung Bena.
Foto:
Dolmen (ilustrasi)

Saat ini kawasan cagar budaya Lore-Lindu sedang disiapkan untuk diajukan ke United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menjadi warisan dunia (world heritage).

Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo yang menangani wilayah Sulawesi Zakaria Kasimin menargetkan sedikitnya lima tahun kawasan ini sudah siap dicalonkan masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia yang terdapat di Indonesia.

Ini berarti bisa melengkapi delapan situs yang saat ini sudah menjadi warisan dunia, yakni empat situs alam, Taman Nasional Komodo, Ujung Kulon, Lorentz, dan Hutan Hujan Tropis Sumatera, serta empat situs budaya, Candi Borobudur, Prambanan, situs manusia purba Sangiran dan Subak di Bali.

Apalagi, temuan bejana batu prasejarah di situs ini cukup langka di dunia yang hanya ditemukan dalam jumlah terbatas seperti di "Plain of Jars" di Laos yang sudah masuk dalam daftar tentatif nominasi warisan budaya dunia.

Ditambah lagi, dari hasil riset, kawasan dengan luasnya yang lebih dari 200 ribu hektare ini bisa jadi merupakan yang terbesar persebarannya di Asia Tenggara dibanding peninggalan di Laos yang terkenal itu.

Untuk target menjadi warisan dunia, BPCB, kata Zakaria, pada 2018 berencana melakukan deliniasi (mencari batas-batas persebaran situs) yang diperkirakan tersebar antara Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat serta melakukan zonasi inti, penyangga, pengembangan, dan zonasi penunjang.

Namun demikian, suatu warisan yang diusulkan memang harus melewati tahap yang tidak mudah, seperti harus menjadi warisan nasional lebih dulu yang benar-benar bernilai tinggi dan berpotensi mendapat pengakuan dunia.

Setelah seleksi di tingkat nasional, baru warisan nasional tersebut bisa diusulkan menjadi warisan dunia, yang kemudian diajukan ke dalam Daftar Sementara (Tentative List) ke Sekretariat World Heritage.

Lembaga tersebut kemudian akan melakukan kajian terhadap naskah serta peninjauan ke lokasi dan hasilnya akan dibahas bersama sesuai kriteria dalam Sidang Komisi Warisan UNESCO.

Saat ini secara nasional, ada belasan calon warisan dunia lainnya yang juga sudah mendaftar, seperti pemukiman tradisional Tana Toraja, situs percandian Muara Takus, kompleks candi Muarajambi, situs Trowulan ibu kota Kerajaan Majapahit, situs goa prasejarah di Maros-Pangkep, hingga Kota Tua Jakarta.

Karena itu berbagai pihak terkait, termasuk pemda dan masyarakat setempat seharusnya juga mendukung persiapan ini, selain karena sejarah kebudayaan situs megalitik ini sangat penting untuk terus digali dan diungkap, juga akan membantu masyarakat Nusantara mengenal jati dirinya.

Sedangkan dari aspek praktis, cagar budaya ini akan sangat bermanfaat sebagai aset daerah dan jika dikembangkan bisa bermanfaat untuk kepentingan ekonomi masyarakat setempat menjadi lokasi wisata.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement