Rabu 11 Oct 2017 13:05 WIB

Ini Cara Lindungi Komputer dari Malware Berbahaya

Rep: Desy Susilawati/ Red: Winda Destiana Putri
malware
malware

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejalan dengan upaya Masyarakat Indonesia Anti-Pemalsuan (MIAP) dalam mensosialisasikan kampanye perlindungan Kekayaan Intelektual, MIAP berbagi informasi mengenai studi malware terbaru berjudul Cybersecurity Risks from Non-Genuine Software dari Fakultas Teknik National University of Singapore (NUS). Penelitian ini diselesaikan pada bulan Juni 2017 dan mencakup wilayah Asia Pasifik, dengan fokus pada risiko infeksi malware pada perangkat lunak dari penggunaan perangkat lunak bajakan serta eksploitasi aktif oleh penjahat siber dari malware tersebut.

Studi ini diprakarsai oleh Microsoft. "Kami percaya pentingnya kepatuhan dan perlindungan kekayaan intelektual khususnya pada merek dan Hak Cipta perangkat lunak komputer. Inilah alasan pentingnya berbagi hasil penelitian keamanan siber yang dilakukan oleh NUS kepada khalayak luas, termasuk kepada masyarakat Indonesia. Informasi ini tidak hanya menunjukkan pentingnya menggunakan perangkat lunak asli untuk keuntungan keamanan serta kepatuhan  pelaku usaha, namun juga untuk keamanan konsumen secara online," jelas Justisiari P. Kusumah Ketua MIAP dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (10/10). 

Dia mengatakan penelitian ini dilakukan untuk menganalisa korelasi antara penggunaan perangkat lunak bajakan dengan risiko infeksi malware di kawasan Asia Pasifik. Temuan tersebut mengungkapkan bahwa 100 persen situs web yang menyediakan tautan instalasi pada perangkat lunak bajakan akan memaparkan pengguna pada beberapa risiko keamanan.

"92 persen komputer baru yang terpasang dengan perangkat lunak bajakan ditemukan terinfeksi dengan malware berbahaya," jelasnya. Semakin banyak perangkat lunak bajakan yang telah menjadi sumber utama infeksi malware berbahaya, terutama yang dijual di online market atau yang tersedia untuk diunduh di internet.

Kerugian dan bahaya, baik di tingkat konsumen atau pada bisnis dan kantor pemerintah sangat besar dan fatal, terbukti dengan berbagai penelitian kasus pelanggaran data secara global. Studi juga menunjukkan bahwa biaya untuk berinvestasi pada program perangkat lunak asli dan terbaru jauh lebih rendah dibandingkan dengan kerugian aktual yang dialami karena pencurian data rahasia dan informasi pribadi.

"Kami senantiasa mendorong penyedia layanan keuangan, terutama sektor perbankan untuk menggunakan perangkat lunak asli demi keamanan kegiatan bisnis mereka dan khususnya, untuk memastikan kerahasiaan serta keamanan operasi TI, rantai pasokan dan informasi bisnis mereka, dan untuk melindungi data pelanggan saat melakukan transaksi melalui fasilitas online banking dan layanan terkait," jelas Kamil Razak, Kepala Departemen Investigasi untuk Sektor Jasa Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Kesadaran konsumen dan bisnis seputar keamanan dunia maya harus terus selalu kritis, terutama dalam melindungi pengguna dan aset mereka dari eksploitasi kejahatan dunia maya, termasuk risiko kejahatan siber yang disebabkan oleh infeksi malware berbahaya. Studi NUS juga menyediakan berbagai praktik terbaik untuk perlindungan komputer terhadap malware berbahaya, baik untuk keperluan pribadi dan bisnis.

Pertama selalu menggunakan perangkat lunak asli dan terbaru. Kedua, beli komputer dan perangkat lunak hanya dari sumber yang terpercaya. Ketiga, jaga agar perangkat lunak selalu diperbarui dan jangan menunda penggunaan patch keamanan.

Keempat gunakan anti-virus asli untuk tambahan keamanan. Kelima jangan gunakan sistem operasi dan aplikasi yang sudah tidak diperbaharui lagi (kedaluwarsa). Keenam periksa perangkat lunak melalui situs web milik vendor perangkat lunak untuk informasi dan lansiran terbaru.

Ketujuh audit inventaris perangkat lunak, pemasangan dan penggunaan perangkat lunak secara teratur. Kedelapan edukasi karyawan tentang praktik siber atau TI yang aman dan ancaman kejahatan siber.

"Pengkondisian keamanan siber yang baik harus dimulai dengan penggunaan perangkat lunak asli agar terhidar dari permasalahan hukum dan serangan-serangan malware yang memanfaatkan kerentanan perangkat lunak bajakan. Saya mendorong sektor bisnis, termasuk lembaga keuangan, untuk lebih serius mengenai investasi kemanan siber mereka, termasuk dengan memastikan penggunaan perangkat lunak asli dan terus menjaga agar sistem mereka diperbarui secara efisien. Lingkungan bisnis yang lebih aman penting bagi reputasi bisnis Indonesia untuk menarik investasi, menumbuhkan ekonominya dan meningkatkan lapangan kerja," jelas Semuel Abrijani Pangerapan, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement