REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Samsung menarik kembali 2,5 juta Galaxy Note 7, menyusul kekhawatiran meledaknya baterai dalam perangkat premium milik produsen asal Korea Selatan itu. Bahkan, sebuah Lembaga FAA yang memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk mengatur semua aspek penerbangan sipil di Amerika Serikat, akan melarang produk tersebut untuk dibawa ke dalam pesawat.
Langkah Samsung ini menjadi penarikan smartphone terbesar yang pernah dilakukan sebelumnya. Samsung juga telah menghentikan penjualan sekitar 2,5 juta smartphone Galaxy Note 7 di tengah laporan yang terus mengalir mengenai cacat pada baterai, yang membuat perangkat mereka terbakar dan meledak. Larangan FAA itu akan membuat wisatawan tidak bisa membawa ponsel tersebut dalam penerbangan AS.
Pekan lalu, Samsung mengumumkan mereka telah secara sukarela memulai penarikan kembali produknya. Namun, untuk melegalkan proses penarikan itu, Komisi Consumer Product Safety meminta FAA memberlakukan larangan itu.
''Jika perangkat secara formal ditarik kembali oleh produsen, awak pesawat dan penumpang tidak boleh membawa baterai atau barang elektronik yang berisi baterai dari perangkat yang telah ditarik kembali tersebut ke kabin pesawat atau di bagasi,'' ujar juru bicara FAA, Matt Novak kepada Gizmodo, dikutip Sciencealert.com, Rabu (7/9) waktu setempat.
Samsung juga menunda pengiriman ponsel pekan lalu, setelah beberapa orang mengunggah gambar perangkat terbakar di media sosial. Samsung, dalam pernyataannya menyatakan, telah ada 35 kasus yang dilaporkan secara global.
Oleh karena itu, perusahaan sedang melakukan pemeriksaan menyeluruh bersama pemasok mereka untuk mengidentifikasi kemungkinan pengaruhnya di pasar. ''Namun, karena keselamatan pelanggan kami adalah prioritas mutlak di Samsung, kami telah menghentikan penjualan Galaxy Note 7,'' kata Samsung dalam pernyataannya.