REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Layanan 4G LTE XL Axiata semakin diminati pelanggan. Sekitar 3 juta pelanggan tercatat di sistem operator ini menggunakan 4G LTE.
''Ada 3 juta pelanggan yang tercatat di sistem, kita berharap mereka terus memanfaatkan layanan 4G LTE XL,'' kata Presiden Direktur/CEO XL Axiata, Dian Siswarini di Jakarta, Selasa (17/11). Ia mengaku gembira dengan perkembangan itu.
Dian menyatakan pihaknya menargetkan sekitar 3 juta pelanggan tahun ini. Apakah ini berarti target pelanggan tercapai lebih cepat? ''Bisa saja,'' ujar Dian sambil tersenyum.
Dian mengungkapkan layanan 4G LTE XL saat ini bisa dinikmati di delpan kota, yakni Medan, Bogor, Yogyakarta, Mataram, Denpasar, Surabaya, Bandung dan Jakarta. Setelah menyediakan layanan 4G LTE di delapan kota--termasuk Jakarta, XL Axiata berencana mengembangkan layanan serupa ke 12 kota yang baru. ''Akan ada tambahan 12 kota baru sampai akhir tahun ini,'' kata Dian.
Diminta komentarnya soal refarming (penataan frekuensi) 2100 Mhz bersama dengan operator lain, sebagaimana diwacanakan Menkominfo Rudiantara, XL menyatakan siap. ''Kalau pemerintah minta kami melakukan refarming frekuensi 2100 Mhz, kami siap saja. Kita sudah punya pengalaman refarming yang cepat tanpa gangguan berarti,'' kata Dian.
Dian mengungkapkan bahwa proses refarming di frekuensi 1800 Mhz telah berlangsung sejak Mei 2015. ''Penataan frekuensi telah selesai pada Senin pukul 24.00 WIB. Kita melakukan penyempurnaan hingga refarming selesai pukul 02.00 WIB,'' kata Dian.
Dalam proses refarming frekuensi 1800 Mhz ini disaksikan langsung Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Muhamad Budi Setiawan. Usai refarming, XL mendeklatasikan komersialisasi layanan 4G LTE seluruh Indonesia, pada Selasa siang.
Dengan tuntasnya refarming, layanan 4G LTE XL kini menggunakan frekurensi 1800 Mhz. Ihwal frekuensi yang dimiliki apakah cukup atau justru kurang? Dian menyatakan bahwa komunikasi sulit di prediksi.
'' Tiba-tiba bisa saja terjadi lonjakan, sehingga kapasitas yang ada seolah-olah tidak cukup,'' kata Dian. Oleh karena itu, memiliki back up frekuensi menjadi salah satu hal yang dibutuhkan operator seperti XL untuk mengantisipasi lonjakan trafik.
''Karena itu, kalau pemerintah berencana melakukan refarming, kita siap. Bila pemerintah melakukan lelang frekuensi 2.1 GHz, XL akan ikut tender, '' kata Dian.
Saat ini masih ada dua kanal frekuensi 2.1 Ghz yang masih belum dilelang ke operator. Kalangan operator telah memanfaatkan frekuensi 2.1 Ghz untuk mendukung layanan 3G. Tidak tertutup kemungkinan frekuensi 2.1 Ghz akan dimanfaatkan untuk mendukung layanan 4G.
Bagi operator memiliki frekuensi yang banyak sangat menguntungkan. Selain bisa menjadi back up, semakin banyak frekuensi dimiliki biaya operasi semakin murah. ''Semakin lebar frekuensi semakin rendah costnya,'' kata Dian.