REPUBLIKA.CO.ID, Smartfren semakin membenahi diri menuju era 5G. Salah satunya dengan melakukan uji coba teknologi massive MIMO base stations and multi-antenna space division multiple access (SDMA) di kawasan BSD City, Tangerang Selatan, belum lama ini.
Teknologi tersebut mampu menghasilkan jaringan dan koneksi lebih stabil untuk para pengguna Smartfren. MIMO base stations dab SDMA juga menjadi salah satu teknologi dalam mendukung evolusi 4G menuju 5G.
Kedua teknologi tersebut mampu mengoptimalkan jaringan 4G LTE yang sudah ada. Sebab, ketika memasuki era 5G maka semua jaringan akan masuk pada babak stabilitas tinggi. Tuntutan stabilitas jaringan harus terpenuhi dalam era 5G.
Baca juga: Smartfren Luncurkan Tiga Andromax dengan Gratis Internet Setahun
MIMO base stations dan SDMA merupakan sebuah alat yang dipasang berdampingan dengan Base Transceiver Station (BTS). "Kami akan pasang pada wilayah dengan lalu lintas penggunaan internet padat dan tinggi," kata Vice President Tech Relations and Special Project Smartfren Munir Syahda Prabowo beberapa pekan lalu.
Lokasi tersebut biasanya berada di tempat publik, seperti mal dan pusat perbelanjaan. Smarfren sudah menyiapkan teknologi pada semua BTS dengan lokasi traffic tinggi. Proyek pemasangan rencananya akan selesai pada kuartal ke tiga (Q3) 2017. BTS tidak diganti, melainkan hanya ditambahkan alat penyokong dua teknologi tersebut.
Smartfren menggandeng ZTE dalam proses pemasangan dan pengoperasian. Dua teknologi tersebut ibarat membuat jalur koneksi internet bagi para pengguna lebih adil. Sebagai perumpamaan, dulu BTS hanya memiliki dua lajur saja. Dengan menambahkan teknologi MIMO base stations dan SDMA lajur dipecah menjadi 64 garis.
Massive MIMO dan 4x4 MIMO berbeda. Massive MIMO mampu bekerja masal, menghilkan hingga 64 lajur. Sementara 4x4 MIMO hanya 16 lajur saja. Lajur tersebut ibarat jalan tol.
Sebelumnya jalan tol bergitu lebar sehingga mobil berebut mengambil lajur kosong. Kini, jalan tol dibuat lebih kecil sehingga mobil bisa melewatinya tanpa rebutan. Sama seperti koneksi internet yang digunakan pelanggan. Sebelum ditambahkan MIMO dan SDMA, ketika menggunakan internet kecepatannya tidak merata.
Satu pelanggan bisa mendapat koneksi lebih cepat namun yang lain tidak, padahal mereka berada di satu lokasi yang sama. Dengan dua teknologi tersebut koneksi internet yang dirasakan merata dan adil sehingga kestabilan kecepatan akan lebih dirasakan.
Baca juga: Smartfren Masih Pertahankan CDMA
Dalam uji coba dua teknologi tersebut, pelanggan Smartfren rata-rata akan mendapatkan kecepatan mulai dari 20 Mbps. Meski terdapat beberapa perangkat, secara keseluruhan tetap mendapatkan kecepatan koneksi yang sama. Kemudian uji kecepatan juga dilakukan saat alat dimatikan. Penurunan kecepatan terjadi antara 10 Mbps ke bawah.
Kemudian pengujian dilakukan pada beberapa ponsel pintar yang saling berdekatan. Stabilitas koneksi tidak terlihat. Beberapa ponsel berada pada kecepatan di atas 10 Mbps, sementara beberapa yang lain di bawah angka tersebut. Smartfren tetap menggunakan frekuensi spektrum 2.300 MHz dalam menerapkan teknologi tersebut. Perangkat 4G masih bisa digunakan dalam mengadopsi teknologi tersebut sehingga user tidak perlu mengganti perangkatnya saat ini.
Dalam memprediksi perilaku pelanggan tahun ini dan ke depan, Smartfren selalu mengikuti permintaan pasar. Perilaku pengguna saat ini cenderung lebih menyukai mengakses konten video. Kemudian alasan Smartfren menggandeng ZTE dalam penerapan teknologi juga bukan secara kebetulan.
Massive MIMO base stations ZTE mendapat penghargaan 'Best Mobile Technology Breakthrough' dan Outstanding Mobile Technology dalam ajang Mobile World Congress 2016 pada Februari lalu di Barcelona. Selain itu juga memperoleh 'Best Wireless Broadband Innovation' dalam acara Broadband World Fortum di London, Inggris, pada Oktober 2016. Berbagai penghargaan tersebut membuktikan teknologi yang diboyong ZTE tidak sembarangan.