REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- BlackBerry Ltd. mengumumkan ronde baru pemotongan jumlah karyawan Selasa (21/7) waktu setempat di tengah penjualan smartphone yang lesu dan kelanjutan restrukturisasi perusahaan ini.
Perusahaan yang berbasis di Waterloo, Ontario ini menolak untuk mengungkap berapa jumlah karyawan yang terkena dampak pemotongan kali ini, tapi mengatakan sebagian pekerjanya dipindahkan ke posisi lain sementara sebagian lainnya di-PHK.
BlackBerry mengatakan langkah ini merupakan bagian dari rencananya untuk mengalihkan sumber daya guna mendorong pertumbuhan operasinya.
BlackBerry telah mengurangi ribuan pekerjaan sejak memulai restrukturisasi operasinya di bawah CEO baru John Chen, yang bergabung dengan perusahaan ini tahun 2013 dan telah berfokus pada inovasi dan pengetatan belanja perusahaan.
Di puncak kesuksesannya, BlackBerry memiliki 20.000 karyawan di seluruh dunia, tapi kegagalannya berinovasi dalam persaingan dengan kompetitor-kompetitor yang tangguh, termasuk Apple dan Samsung, membuat perusahaan ini harus melakukan pemangkasan untuk menekan biaya operasional.
Menurut laporan tahunan terbarunya, BlackBerry memiliki 6.255 pegawai di seluruh dunia per 28 Februari.
Sejak saat itu, perusahaan ini terus melakukan pemangkasan terhadap operasinya.
PHK sebelumnya terjadi awal tahun saat BlackBerry merumahkan karyawan dalam jumlah yang tidak disebut perusahaan ini. Dengan pemotongan terbaru ini, staf BlackBerry kini berpusat di markas perusahaan di Waterloo, Ottawa dan daerah Toronto.
Bulan lalu, Chen mengatakan ia meninjau kembali semua posisi dalam perusahaan sebagai bagian upaya menekan pengeluaran perusahaan.
Dengan pengetatan ikat pinggang ini, BlackBerry memindahkan pengembangan dan perakitan smartphone buatan perusahan ini ke luar negeri.