Selasa 19 Mar 2013 17:53 WIB

Saat 'Hacking' Direstui Negara

Bendera Cina dan AS
Foto: 1
1

Cina telah lama dicurigai berperan dalam serangan cyber. Pentagon bahkan merasa perlu mengeluarkan peringatab bahwa  AS harus waspada terhadap apa yang mereka sebut "Pearl Harbor Digital". Sebuah laporan Kongres AS tahun lalu menyebut Cina sebagai "aktor paling mengancam di dunia maya".

Baru-baru ini, perusahaan keamanan maya Mandiant terang-terangan menyebut pemerintah Cina mensponsori semua serangan cyber yang dilakukan untuk menyesar situs-situs berbasis di AS. "Mereka mensponsori terutama spionase maya di situs-situs perusahaan papan atas AS," kata Grady Summers, wakil presiden Mandiant.

Perusahaan ini menyajikan laporan 60 halaman berdasar pengamatan mereka selama enam tahun. Bahkan, Mandiant menuding militer Cina memiliki devisi khusus yang mengatur serangan ini.

"Mereka menyerang kita dalam skala yang belum pernah kita jumpai sebelumnya. Kami yakin Partai Komunis Cina paham tentang hal ini," kata Summers.

Yang disasar, katanya, adalah perusahaan-perusahaan blue chip dunia. "Dari 140 korbannya di seluruh dunia, 115 diantaranya berasal dari AS," tambahnya.

Tiak terima Cina berbalik menuduh AS bak 'maling teriak maling'. Berlaku bak korban, ujar Cina, AS sebenarnya berada di balik serangkaian peretasan terhadap  situs-situs utama negeri itu.

Militer China mengatakan serangan atas mereka rata-rata 144.000 kali per bulan tahun lalu, dengan hampir dua-pertiga dari serangan itu berasal dari Amerika Serikat.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Geng Yansheng menyatakan militer Cina tidak pernah mendukung aktivitas peretasan.

Geng mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers bulanan bahwa rata-rata 62,9 persen dari serangan terhadap situs resmi Departemen Pertahanan dan surat kabar negeri resmi, People's Liberation Army Daily, berasal dari AS.

Geng menyerang laporan Mandiant, sebagai "tidak profesional dan tidak sesuai dengan fakta-fakta." Dia juga mengkritik komando cyber militer AS yang dinilai menghambat upaya internasional dalam mengendalikan peretasan.

Jurubicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hong Lei, juga menolak tuduhan peretasan dan menegaskan bahwa China adalah korban dari serangan yang sebagian besar berasal dari Amerika Serikat.

"Membuat tuduhan tak berdasar dengan hanya bersandar pada analisis prematur adalah tindakan tidak bertanggung jawab dan tidak profesional," katanya. Ia menegaskan, Cina dengan tegas menentang segala bentuk peretasan.

"Seperti negara-negara lain, Cina menghadapi ancaman serius peretasan dan juga salah satu korban utama aktivitas hacking di dunia," kata Geng,

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement