Selasa 19 Mar 2013 17:53 WIB

Saat 'Hacking' Direstui Negara

Bendera Cina dan AS
Foto: 1
1

Donilon mungkin terlihat malu-malu menunjuk Cina sebagai biang peretasan, tak demikian dengan Pimpinan Eksekutif Google, Eric Schmidt. Ia menyebut peretas Cina sebagai yang paling canggih dan produktif menyasar perusahaan asing. Pernyataan itu dikutip dari bocoran naskah untuk buku terbarunya, "The New Digital Age", yang akan diterbitkan April mendatang.

"Taktik mereka yakni menempatkan pemerintah maupun perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat pada tingkat kerugian yang berbeda," tulis Schmidt, seperti dikutip Wall Street Journal. Ia berpendapat kejahatan cyber yang didukung negara untuk keuntungan ekonomi dan politik kini menjadi ancaman global.

Amerika Serikat, katanya, tidak akan mengambil jalan yang sama dalam spionase korporasi digital, karena hukum di negeri itu jauh lebih ketat. "Ini bertentangan dengan aturan tentang fair play," katanya. Hal sebaliknya terjadi di Cina.

Ia juga mengakui bahwa AS juga untuk beberapa kasus melakukan langkah seperti Cina. Ia menyoroti peran negara dalam penyebaran virus Stuxnet, yang sengaja dilakukan  pada tahun 2010. Virus ini awalnya dibuat oleh pemerintah AS dan Israel untuk menyerang fasilitas nuklir Iran.

Presiden AS Barack Obama dalam sebuah wawancara televisi mengakui bahwa AS terlibat dalam "pembicaraan sangat keras" dengan Cina menyangkut serangan cyber. Pada ABC News, dia menyebut memang tidak semua peretasan yang berasal dari Cina disponsori oleh negara. "Namun negara itu harus menaruh perhatian atas persoalan ini," katanya.

Ia menyebut status AS dan Cina belum pada 'perang' di dunia maya. "Ada perbedaan besar antara spionase cyber atau serangan cyber dan perang dalam arti yang sebenarnya," kata Obama. "Apa yang benar-benar telah terjadi sekarang adalah ancaman keamanan cyber. Beberapa disponsori negara, beberapa hanya disponsori oleh penjahat, dan industri yang paling banyak disasar." 

Ia mengku telah menyerukan Cina dan negara-negara lain yang dicurigai sebagai aktor dalam serangan ini untuk mengikuti norma-norma dan mematuhi aturan internasional. "Dan kita telah melakukan beberapa pembicaraan yang cukup tangguh dengan mereka terkait ini.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement