REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Ilmuwan Jepang dari Univeristas Utsunomiya bersama sejumlah perguruan tinggi di Indonesia kini tengah meneliti pelepasan karbondioksida (CO2) pada lahan gambut yang difungsikan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI) di Semenanjung Kampar, Kabupaten Pelalawan, Riau.
"Penelitian ini sudah berlangsung sekitar enam bulan," kata Dr. Wawan dari Universitas Riau di Pekanbaru, Senin (17/12).
Ia menjelaskan, peneliti dari Universitas Utsunomiya Jepang dipimpin oleh Prof Nagano. Perguruan tinggi di Indonesia yang terlibat dalam program itu, yakni Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Budi Indra Setiawan dan Dr Basuki Sumawinata. Selain itu, Prof Muhajir Utomo dari Universitas Lampung juga ikut dilibatkan.
Objek penelitian mereka yakni di lahan gambut HTI PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Semenanjung Kampar, tepatnya di daerah Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan. Seperti diketahui, lokasi HTI RAPP itu sempat menjadi sorotan dunia karena pernah diblokade aktivis lingkungan Greenpeace pada 2008.
"Selama ini terdapat kekeliruan pola pengukuran pelepasan karbon terutama dilakukan pihak luar negeri untuk mendiskreditkan produk HTI Indonesia. Dengan penelitian ini pihaknya membantah itu dengan pembuktian ilmiah," katanya.
Menurut dia, penelitian akan berlangsung pada dua daur ulang masa tanaman akasia di HTI atau sekitar 10 tahun ke depan. Ia menjelaskan, para peneliti ingin meneliti penerapan pola pengaturan air ekologis (water management eco-hydro) pada lahan gambut terhadap pelepasan karbondioksida untuk HTI. Untuk mengetahui berapa besar CO2 yang lepas ke udara, lanjutnya, para ilmuwan menggunakan alat Li-Cor 8100 Automated Soil C02 Flux System.
Menurut dia, perati itu merupakan teknologi terbaru yang dapat mengunduh data CO2 secara cepat. Ia mengatakan alat seharga Rp1 miliar itu merupakan kontribusi dari Univeristas Utsunomiya Jepang.
"Selama enam bulan ini akan dapat dilihat, penerapan eco-hydro yang baik pada lahan gambut untuk HTI dapat mengontrol subsidensi gambut. Selain itu dapat mencegah terjadinya kebakaran pada lahan gambut," kata Wawan yang juga dosen Agro Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau itu.