Ahad 16 Feb 2020 15:00 WIB

Ilmuwan Temukan Virus Pemakan Bakteri

Virus ini mengaburkan batas antara hidup dan tidak hidup.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Melawan Virus Corona
Foto: MgIT03
Ilustrasi Melawan Virus Corona

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus pembunuh bakteri besar mengintai ekosistem seluruh dunia. Virus ini dapat ditemukan di mata air panas hingga danau dan sungai air tawar. Saat ini, sekelompok peneliti telah menemukan beberapa bakteriofag yang sangat besar dan rumit, sehingga mengaburkan batas antara hidup dan tidak hidup.

Bakteriofag, atau disingkat sebagai fag adalah virus yang secara khusus menginfeksi bakteri. Fag dan virus lain tidak dianggap organisme hidup karena mereka tidak dapat melakukan proses biologis tanpa bantuan dan mesin seluler organisme lain.

Baca Juga

Namun, bukan berarti virus ini tidak berbahaya. Menurut para peneliti dari sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal Nature pada 12 Februari lalu, fag merupakan pendorong utama perubahan ekosistem karena mereka memangsa populasi bakteri, mengubah metabolisme, menyebarkan resistensi antibiotik dan membawa senyawa yang menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia.

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang virus ini, para peneliti mencari melalui data DNA yang dibuat dari kumpulan sampe di hampir 30 lingkungan berbeda di seluruh dunia. Mulai dari isi peru manusian, hingga bioreaktor di Afrika Selatan, dan sumber air panas di Tibet, China.

Dari DNA tersebut, para peneliti menemukan 351 fag besar yang memiliki genom empat kali atau lebih besar dari rata-rata genom fag. Diantaranya adalah fag terbesar yang ditemukan hingga saat ini dengan  genom 735.000 pasangan basa, pasangan nukleotida yang membentuk anak tangga struktur tangga molekul DNA atau hampir 15 kali lebih besar dari fag rata-rata. Perlu diketahui, genom manusia mengandung sekitar 3 miliar pasangan basa.

Fag tersebut merupakan hibrida antara apa yang dianggap sebagai virus tradisional dan organisme hidup tradisional, seperti bakteri dan archaea. Gemon fag besar ini jauh lebih besar daripada genom banyak bakteri.

Para penulis menemukan bahwa banyak gen yang dikode untuk protein yang belum diketahui oleh kita. Mereka menemukan bahwa fag memiliki sejumlah gen yang bukan tipikal virus tetapi tipikal bakteri.

Beberapa gen ini adalah bagian dari sistem yang digunakan bakteri untuk melawan virus dan kemudian diadaptasi oleh manusia untuk mengedit gen, suatu teknik yang disebut CRISPR-Cas. Para ilmuwan tidak mengetahui dengan pasti, tetapi mereka berpikir bahwa sekali fag ini menyuntikkan DNA ke dalam bakteri, sistem CRISPR fag itu sendiri memperkuat sistem CRISPR bakteri.

Dengan cara itu, sistem CRISPR gabungan dapat membantu menargetkan fag lain menyingkirkan kompetisi. Terlebih, para peneliti menemukan bahwa beberapa fag memiliki gen yang mengkode protein diperlukan untuk fungsi ribosom, mesin seluler yang menerjemahkan bahan genetik menjadi protein, molekul yang melaksanakan instruksi DNA.

Protein ini biasanya tidak ditemukan dalam virus, tetapi mereka ditemukan dalam bakteri dan archaea. Beberapa fag yang baru ditemukan juga dapat menggunakan ribosom dalam inang bakteri untuk membuat lebih banyak salinan protein mereka sendiri.

“Biasanya yang membedakan kehidupan dari yang bukan kehidupan adalah memiliki ribosom dan kemampuan melakukan penerjemahan. Itu adalah salah satu fitur utama yang memisahkan virus dan bakteri, bukan kehidupan dan kehidupan. Beberapa fag besar memiliki banyak mesin terjemahan, jadi ini sedikit mengaburkan kalimatnya” ujar rekan penulis penelitian Rohan Sachdeva dari UC Berkeley.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement