REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Para ilmuwan telah menemukan lubang hitam tertua, yang terbentuk 470 juta tahun setelah Big Bang. Temuan ini, yang dipublikasikan pada Senin (6/11/2023), mengonfirmasi teori yang sama saat ini menyatakan bahwa lubang hitam supermasif sudah ada pada awal mula alam semesta.
Dilansir AP News, Selasa (7/11/2023), Teleskop Luar Angkasa James Webb NASA dan Observatorium Sinar-X Chandra bekerja sama selama setahun terakhir untuk melakukan observasi.
Mengingat usia alam semesta adalah 13,7 miliar tahun, maka usia lubang hitam ini adalah 13,2 miliar tahun. Yang lebih mencengangkan lagi bagi para ilmuwan, lubang hitam ini berukuran sangat besar. Yaitu, 10 kali lebih besar dari lubang hitam di Bima Sakti kita.
Penulis utama Akos Bogdan dari Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian mengatakan, massa lubang hitam tertua diyakini berkisar antara 10 persen hingga 100 persen massa semua Bintang di galaksinya. Rasio ini jauh dari rasio lubang hitam yang sangat kecil di Bima Sakti dan galaksi terdekat lainnya, diperkirakan 0,1 persen, katanya.
“Masih terlalu dini bagi alam semesta untuk menjadi raksasa,” kata Priyamvada Natarajan dari Universitas Yale, yang mengambil bagian dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Astronomy. Artikel pendamping muncul di Astrophysical Journal Letters. “Sungguh menakjubkan bagaimana benda ini benar-benar berada di tempatnya dengan galaksinya sejak awal di alam semesta,” ujarnya.
Para peneliti percaya lubang hitam terbentuk dari awan gas kolosal yang runtuh di galaksi yang bersebelahan dengan Bintang. Kedua galaksi bergabung dan lubang hitam mengalih alih.
Fakta bahwa Chandra mendeteksinya melalui sinar-X menegaskan “tanpa keraguan bahwa itu adalah lubang hitam,” menurut Natarajan. Dengan sinar-X “Anda benar-benar menangkap gas yang ditarik secara gravitasi ke dalam lubang hitam, dipercepat dan mulai bersinar dalam sinar-X,” Katanya.
Natarajan menambahkan bahwa yang satu ini dianggap sebagai quasar karena aktif tumbuh dan gasnya sangat terang. Webb sendiri mungkin telah melihat lubang hitam yang berusia 29 juta tahun lebih tua, menurut para ilmuwan, namun lubang hitam tersebut belum dapat diamati dan diverifikasi dengan sinar-X. Natarajan memperkirakan lebih banyak lubang hitam awal akan ditemukan, mungkin tidak terlalu jauh, tapi masih cukup jauh. “Kami memperkirakan akan terbukanya jendela baru di alam semesta, dan menurut saya ini adalah celah pertama,” katanya.
Kedua teleskop luar angkasa, Webb dan Chandra, menggunakan teknik yang disebut pelensaan gravitasi untuk memperbesar wilayah ruang angkasa tempat galaksi ini, UHZ1, dan lubang hitamnya berada. Teleskop tersebut menggunakan cahaya dari gugus galaksi yang lebih dekat, hanya 3,2 miliar tahun Cahaya dari Bumi, untuk memperbesar UHZ1 dan lubang hitamnya lebih jauh di latar belakang. “Itu adalah objek yang sangat redup, dan berkat keberuntungan, alam telah memperbesarnya untuk kita,” kata Natarajan.
Webb diluncurkan pada tahun 2021 ke jarak 1 juta mil (1,6 juta kilometer). Teleskop luar angkasa itu adalah observatorium astronomi terbesar dan terkuat yang pernah dikirim ke luar angkasa; ia melihat alam semesta dalam inframerah.
Chandra yang jauh lebih tua memiliki penglihatan sinar-X; itu meroket ke orbit pada tahun 1999. “Saya benar-benar merasa luar biasa bahwa Chandra dapat melakukan penemuan luar biasa 24 tahun setelah peluncurannya,” kata Bogdan.