Kamis 22 Feb 2024 09:57 WIB

Apa yang Terjadi di Bandung, Puting Beliung, Leysus, atau Tornado?

Tornado punya daya rusak yang dahsyat.

Petugas BPBD, Basarnas dan Dinas Pemadam Kebakaran mengevakuasi pohon tumbang pascaputing beliung di Jalan Nasional Bandung Garut di Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (21/2/2024).
Foto:

Puting beliung jenis apa yang terjadi di Bandung dan sekitarnya, kemarin? Sejauh ini, pihak Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) masih berupaya melakukan rekonstruksi dan investigasi fenomena alam yang melanda kawasan Rancaekek di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

"Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yang tercatat sebagai tornado pertama ini," kata Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin melalui akun X miliknya.

Erma menjelaskan tornado memiliki skala kekuatan angin yang lebih tinggi dan radius lebih luas. Angin tornado minimal kecepatan angin mencapai 70 kilometer per jam. Berdasarkan kajian BRIN, angin puting beliung terkuat yang pernah tercatat memiliki kecepatan 56 kilometer per jam.

Menurut Erma, kasus puting beliung yang biasa terjadi di Indonesia hanya berlangsung sekitar 5 sampai 10 menit itu pun sudah sangat lama. "Hanya ada satu kasus yg tidak biasa ketika puting beliung terjadi dalam durasi 20 menit di Cimenyan pada 2021," paparnya.

Lebih lanjut Erma mengungkapkan bahwa BRIN melalui Kajian Awal Musim Jangka Madya Wilayah Indonesia (KAMAJAYA) sudah memprediksi peristiwa cuaca ekstrem yang terjadi di Indonesia pada 21 Februari 2024.

Sekitar pukul 16.00 WIB, hari ini, bencana angin tornado menerjang Kecamatan Rancaekek di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Sedangkan peneliti BRIN Albertus Sulaiman pada November 2023 sempat menyampaikan bahwa pemanasan global memicu intensitas dan frekuensi cuaca ekstrem, begitu juga sebaliknya. Sehingga, terjadi fenomena umpan balik yang merupakan salah satu ciri khas fenomena nonlinier.

 

Albertus memberi contoh fenomena puting beliung, “Dahulu ini fenomena biasa tetapi sekarang fenomena ini menyebabkan rumah-rumah roboh, orang hanyut dan lain sebagainya karena intensitasnya yang semakin kuat. Fenomena di sekitar kita lebih menarik dan cepat berubah. Hal ini mudah dilihat tetapi sulit untuk dirumuskan sehingga perlu ilmu dan teknologi,” ungkapnya dilansir situs resmi BRIN.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement