Jumat 05 Jan 2024 11:53 WIB

Kereta tak Bisa Ngerem Mendadak, Begini Penjelasan KAI

Masinis membutuhkan jarak tertentu untuk mencapai pengereman sempurna kereta.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Friska Yolandha
Penampakan Kereta Api Turangga yang mengalami tabrakan dengan Kereta Api lokal Cicalengka di petak Jalan Cicalengka-Haurpuguh, Kabupaten Bandung, Jumat (5/1/2024).
Foto:

Adapun faktor yang berpengaruh pada jarak pengereman yaitu sebagai berikut.

  1. Kecepatan kereta api. Semakin tinggi kecepatan kereta api, maka semakin panjang jarak pengereman
  2. Kemiringan atau lereng (gradient) jalan rel (datar, menurun, atau tanjakan)
  3. Persentase pengereman yang diindikasikan dengan besarnya gaya rem
  4. Jenis kereta api (kereta penumpang atau barang)
  5. Jenis rem (blok komposit atau blok besi cor)
  6. Kondisi cuaca
  7. Dan berbagai faktor teknis lainnya

Joni mengatakan, rem pada rangkaian kereta api bekerja dengan tekanan udara. Sistem kinerja rem pada roda dihubungkan ke piston dan susunan silinder. Mekanisme yang mengurangi tekanan udara di kereta api akan memaksa rem mengunci dengan roda.

Jika tekanan dilepaskan secara tiba-tiba, maka akan menyebabkan pengereman yang tidak seragam, sehingga rem bekerja lebih dulu dari titik keluarnya udara. Pengereman yang tidak seragam dapat menyebabkan kereta atau gerbong tergelincir, terseret, bahkan terguling.

PT KAI juga selalu mengingatkan bahwa tata cara melintas di perlintasan sebidang adalah berhenti di rambu tanda ‘STOP’, tengok kiri-kanan, apabila telah yakin aman, baru bisa melintas. Palang pintu, sirine, dan penjaga perlintasan, adalah alat bantu keamanan semata. Alat utama keselamatannya ada di rambu-rambu lalu lintas bertanda ‘STOP’ tersebut.

 

“Jadi apabila masyarakat ketika di perlintasan sudah melihat adanya kereta api walaupun masih jauh, maka seharusnya berhenti terlebih dahulu hingga kereta api tersebut lewat,” kata Joni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement