Selasa 26 Sep 2023 17:41 WIB

Apakah Warna Planet Lain Berbeda dengan Bumi?

Warna-warna yang semula terlihat pudar di suatu planet, perlahan tampak lebih cerah.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Natalia Endah Hapsari
Astronaut bisa melihat beragam warna di planet asing yang mereka datangi secara lebih alami./ilustrasi
Foto: cnsa
Astronaut bisa melihat beragam warna di planet asing yang mereka datangi secara lebih alami./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Manusia bisa menikmati indahnya beragam variasi warna yang menarik di bumi. Apakah warna yang sama akan terlihat serupa di planet lain?

Otak manusia pada dasarnya memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menyesuaikan penglihatan di dalam berbagai kondisi pencahayaan. Sebagai contoh, saat menggunakan kacamata hitam, orang-orang mungkin pada awalnya akan melihat semua hal sedikit lebih gelap. Namun lambat laun, warna-warna tersebut akan terlihat "normal" kembali.

Baca Juga

Penyesuaian serupa juga terjadi saat manusia memasuki usia tua. Seperti diketahui, seiring bertambah tuanya usia, lensa mata akan lebih menguning. Meski begitu, lansia cenderung tak merasakan adanya perubahan pada warna-warna yang mereka lihat karena otak sudah melakukan penyesuaian.

Kemampuan otak dalam menyesuaikan dan menginterpretasikan warna saat berada di planet lain ternyata tak akan jauh berbeda dengan saat berada di bumi. Otak akan membuat warna-warna yang ada di suatu planet terlihat lebih alami.

Di Mars misalnya, nuansa warna yang dominan di planet tersebut adalah merah. Saat astronaut menginjakkan kaki mereka di Mars, semburat merah mungkin akan terlihat di sekeliling mereka. Namun seiring berjalannya waktu, medan di Mars akan tampak berubah dari merah menjadi kecokelatan atau keabu-abuan.

"Dan langit Mars yang berwarna ocher (kuning tua atau oranye) akan mulai terlihat lebih biru, tidak sama seperti biru di (langit) bumi, tetapi warna oranyenya akan jauh lebih berkurang dibandingkan dengan yang kita lihat sekarang," kata ilmuwan penglihatan kognitif dari University of Nevada, Michael Webster, seperti dilansir LiveScience, pada Senin (25/9/23).

Tentu tidak semua langit di berbagai planet akan berubah menjadi biru di mata manusia. Perubahan atau penyesuaian warna yang terjadi akan sangat bergantung pada warna dominan dari suatu planet. Langit di Mars akan terlihat berubah menjadi lebih biru karena lawan dari warna oranye dalam roda warna adalah biru.

"Bila Anda bisa berpergian ke eksoplanet dengan tumbuh-tumbuhan berwarna ungu dan langit berwarna emas, misalnya, otak Anda mungkin akan melakukan penyesuaian yang berbeda," lanjut Webster.

Penyesuaian warna oleh otak manusia juga tak hanya terbatas pada hue atau corak warna, tetapi juga intensitas. Pada planet dengan palet warna alami yang terbatas, otak juga akan melakukan perubahan pada gradasi warna. Warna-warna yang semula terlihat pudar di suatu planet, lambat laun akan tampak lebih cerah.

"(Sebaliknya) bila Anda tinggal di lingkungan yang amat-sangat penuh warna, Anda akan menurunkan (intensitasnya)," ungkap Webster.

Secara hipotesis, manusia bisa memprediksi bagaimana cahaya akan berinteraksi dengan warna di lingkungan suatu planet. Prediksi ini dapat dilakukan selama manusia bisa mengetahui komposisi atmosfer atau lautan yang ada di suatu planet.

Dengan memanfaatkan algoritma komputer, ilmuwan dapat melakukan penyesuaian warna tersebut dan menyematkannya pada bagian visor di pakaian astronaut. Dengan begitu, astronaut bisa melihat beragam warna di planet asing yang mereka datangi secara lebih alami.

Namun, semua ini tentu masih berupa teori. Selama manusia belum menginjakkan kaki ke planet lain, sulit untuk benar-benar memastikan proses penyesuaian warna yang mungkin terjadi saat manusia berada di planet lain.

Tak hanya di planet lain, beragam warna pun bisa tampak sangat berbeda ketika manusia menyelam ke dalam lautan. Oseanografer dan engineer, Derya Akkaynak, pernah mengalaminya secara langsung saat menyelam di kedalaman lebih dari 30 meter.

Akkaynak mengungkapkan bahwa cahaya merah tidak bisa menjangkau kedalaman air tersebut. Oleh karena itu, semua yang dia lihat saat menyelam di kedalaman 30 meter berwarna kuning, bukan biru. "Mungkin karena (otak) saya berusaha mengompensasi minimnya warna merah. Tapi secara umum, semuanya terlihat gila," ujar Akkaynak. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement