Senin 28 Aug 2023 08:47 WIB

Jepang Buang Limbah Nuklir ke Laut, Ini Komentar Pakar Lingkungan

Tidak semua ilmuwan sepakat mengenai dampak limbah nuklir yang dibuang ke laut.

Rep: Santi Sopia/ Red: Natalia Endah Hapsari
Jepang telah mulai melepaskan air radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik Fukushima yang rusak ke Samudera Pasifik, 12 tahun setelah krisis nuklir.
Foto:

Namun beberapa ilmuwan mengatakan kita tidak dapat memprediksi dampak pelepasan limbah tersebut.

Profesor Amerika Emily Hammond, pakar hukum energi dan lingkungan di George Washington University, mengatakan tantangan radionuklida (seperti tritium) adalah bahwa radionuklida menimbulkan pertanyaan yang tidak dapat dijawab sepenuhnya oleh ilmu pengetahuan. Hal ini yaitu pada tingkat paparan yang sangat rendah, apa yang bisa dianggap 'aman'?

“Kita bisa sangat percaya pada pekerjaan IAEA dan tetap mengakui bahwa kepatuhan terhadap standar tidak berarti bahwa tidak ada konsekuensi terhadap lingkungan atau manusia yang diakibatkan oleh tindakan tersebut,” kata dia.

Aktivis lingkungan memprotes pembuangan air limbah pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke laut. Asosiasi Laboratorium Kelautan Nasional AS mengeluarkan pernyataan pada bulan Desember 2022 yang mengatakan mereka tidak yakin dengan data Jepang.

Ahli biologi kelautan Robert Richmond, dari University of Hawaii, mengatakan telah melihat penilaian dampak radiologi dan ekologi yang tidak memadai. Mereka sangat khawatir bahwa Jepang bukan hanya tidak mampu mendeteksi apa yang masuk ke dalam air, sedimen, dan limbah organisme. 

Kelompok lingkungan seperti Greenpeace melangkah lebih jauh dengan merujuk pada makalah yang diterbitkan oleh para ilmuwan di University of South Carolina pada bulan April 2023.

Shaun Burnie, spesialis nuklir senior di Greenpeace Asia Timur, mengatakan tritium dapat menimbulkan "efek negatif langsung" pada tanaman dan hewan jika tertelan, termasuk "berkurangnya kesuburan" dan "kerusakan pada struktur sel, termasuk DNA".

China telah melarang impor makanan laut Jepang karena pembuangan air limbah. Beberapa komentator media percaya bahwa hal ini mungkin merupakan langkah politik, terutama karena para ahli mengatakan tidak ada bukti ilmiah yang mendukung kekhawatiran seputar makanan laut, karena radiasi yang dilepaskan sangat rendah.

Namun banyak orang yang setiap hari terpapar ke Samudera Pasifik merasa khawatir. Penyelam tradisional perempuan di Korea Selatan, yang dikenal sebagai "haenyeo", termasuk yang mengaku cemas. 

“Sekarang saya merasa tidak aman untuk menyelam,” kata Kim Eun-ah, yang telah melakukan pekerjaan di Pulau Jeju selama enam tahun. “Kami menganggap diri kami sebagai bagian dari laut karena kami membenamkan diri ke dalam air dengan tubuh kami sendiri,” jelas dia.

Pihak berwenang Jepang mengatakan pengujian dilakukan pada beberapa spesies laut untuk memastikan air limbah yang diolah tidak berbahaya. Para ahli mengatakan air limbah tersebut mungkin terbawa oleh arus laut, khususnya arus Kuroshio yang melintasi Pasifik.

Para nelayan mengaku mengkhawatirkan reputasi yang rusak secara permanen dan pekerjaan mereka.

Ketua Forum Kepulauan Pasifik dan Perdana Menteri Kepulauan Cook Mark Brown, seperti IAEA, mengatakan ia yakin forum tersebut "memenuhi standar keselamatan internasional". Dia menambahkan semua negara di kawasan ini mungkin tidak sepakat mengenai masalah yang “kompleks” ini, namun mendesak mereka untuk bertindak berdasarkan ilmu pengetahuan. 

 

photo
Kandasnya Mimpi Nuklir Bung Karno - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement