Rabu 22 Nov 2023 18:13 WIB

Buang Limbah Nuklir, Ini Pembelaan Jepang

Limbah radioaktif dari PLTN Fukushima diolah dengan Sistem Pemrosesan Cairan Canggih.

Jepang melakukan pembuangan air limbah radioaktif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut.
Foto: AP
Jepang melakukan pembuangan air limbah radioaktif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—JAKARTA---Seorang pejabat Jepang menyatakan bahwa zat tritium yang terkandung dalam air olahan dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima yang sudah dilepaskan ke laut tidak akan terakumulasi dalam tubuh manusia karena dikeluarkan dari tubuh bersama air.

Selain itu, tritium juga ditemukan di air hujan, laut, air keran dan tubuh manusia, serta memancarkan radiasi lemah yang dapat dihalangi oleh selembar kertas, kata sang pejabat pemerintah Jepang itu, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Baca Juga

Menurut dia, limbah radioaktif dari PLTN Fukushima diolah dengan Sistem Pemrosesan Cairan Canggih (Advanced Liquid Processing System/ALPS) yang menghilangkan sebagian besar zat radioaktif, kecuali tritium (H3) yang memiliki sifat seperti hidrogen (H).

Limbah tersebut mengandung radioaktif berukuran 0,000002 – 0,00003 mSv (mili-sievert), yang jauh lebih kecil jika dibandingkan radiasi saat melakukan perjalanan dengan pesawat dari Tokyo ke New York (0,11 – 0,16 mSv) dan rontgen gigi (0,01 mSv), kata pejabat tersebut.

Mili-sievert adalah satuan nilai yang menggambarkan efek biologis dari radiasi.

Pemerintah Jepang, kata dia, bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) dan sudah melakukan penilaian dampak radiasi dari air olahan Fukushima.

“Hasilnya adalah dosis paparan terhadap masyarakat sangat kecil dibandingkan dengan paparan radiasi alam. Selain itu, dosis pemaparan terhadap hewan dan tumbuhan sangat kecil,” kata sang pejabat.

Setelah pelepasan air olahan dari PLTN Fukushima itu, pemerintah Jepang memperkenalkan metode analisis cepat untuk pemantauan intensif tritium, yang dapat memberikan hasil dalam 1-2 hari setelah pengambilan sampel, dengan batasan deteksi sekitar 10 becquerel per kilogram.

Becquerel adalah salah satu dari tiga satuan yang digunakan untuk mengukur radioaktivitas yang mengacu pada jumlah radiasi ion yang dilepaskan ketika suatu unsur radioaktif secara spontan memancarkan energi.

Pejabat Jepang itu juga mengatakan bahwa mereka telah melakukan analisis tritium terhadap 279 produk makanan laut Jepang pada Juni 2022-September 2023.

Hasilnya, tritium tidak terdeteksi, bahkan setelah air olahan Fukushima dilepaskan ke laut, katanya.

Dia juga mengungkapkan bahwa berdasarkan penilaian para ahli selama enam tahun, keputusan untuk melepaskan air olahan Fukushima ke laut karena memiliki rekam jejak yang terbukti di fasilitas nuklir dalam dan luar negeri serta dapat menjamin pembuangan yang aman.

Selain itu, pelepasan air olahan ke laut paling mudah untuk dipantau dan memungkinkan evaluasi lanjutan terhadap dampak apa pun terhadap lingkungan, kata dia.

Pejabat itu juga mengatakan bahwa penyimpanan yang terus menerus dalam tangki akan menghambat pekerjaan penonaktifan dan ruang untuk perluasan menjadi terbatas. Selain itu, ada risiko kebocoran akibat kerusakan dalam penyimpanan jangka panjang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement