Rabu 10 May 2023 11:35 WIB

Tak Perlu Pusing Bayar Listrik, Ada Panel Surya Berbiaya Hemat

Penggunaan tenaga surya di rumah akan sangat membantu penghematan biaya listrik.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
Masyarakat kini bisa berlangganan panel surya di rumah. Syaratnya, hanya perlu membayar biaya berlangganan bulanan yang bersifat tetap selama lima tahun, dan akan mengalami kenaikan setiap lima tahun setelahnya.
Foto: Sun Terra
Masyarakat kini bisa berlangganan panel surya di rumah. Syaratnya, hanya perlu membayar biaya berlangganan bulanan yang bersifat tetap selama lima tahun, dan akan mengalami kenaikan setiap lima tahun setelahnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penggunaan tenaga surya di rumah akan sangat membantu penghematan biaya listrik. Apalagi bagi pemilik industri rumahan, perusahaan panel surya telah menyediakan baterai untuk menyimpan energi matahari yang terserap, agar bisa dipakai hingga malam hari atau ketika tiba-tiba cuaca buruk.

Tidak perlu mahal membayar hingga Rp 50 juta dalam pemasangannya, kini sudah ada panel surya dengan sistem berlangganan hanya mulai dari Rp 200 ribu. Langganan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) ini dapat menghemat pengeluaran biaya listrik hingga 20 persen.

Baca Juga

“Hemat billing listrik, misalnya paling kecil sekitar Rp 200 ribu (biaya berlangganan PLTS), itu mungkin bisa saving berapa sebulan listrik. Jadi masyarakat tinggal instalasi saja, karena pertama dapat saving dan kedua mudah banget,” ujar CEO Sun Terra, Fanda Soesilo, saat ditemui di Jakarta, Selasa (9/5/2023).

Sun Terra menjadi salah satu perusahaan yang memberikan program berlangganan panel surya, yakni Solar Subscription. Ini sangat cocok bagi rumah tangga, usaha kecil, dan menengah, yang ingin memanfaatkan energi terbarukan sebagai sumber listrik.

Selain menghemat biaya listrik, penggunaan PLTS ini juga ikut membantu menurunkan emisi karbon. Penggunaan PLTS ini memang lebih besar permintaannya pada pebisnis, terutama industri eksport yang ingin memiliki sertifikat hijau.

“Industri ekspor sekarang harus dibatasi, artinya dia kalau tidak mempunyai green sertifikat, dia tidak bisa diterima negara di Eropa, Amerika, itu mereka mulai membatasi ekspor. Jadi mereka berlomba-lomba nih,” ucap Fanda.

Tidak hanya untuk rumah dan industri, ranah pendidikan pun juga sudah peduli dengan panel surya. Misalnya beberapa universitas yang memasang panel surya, ini karena memang masuk dalam kurikulum mereka.

Fanda ingin pemerintah mendukung penggunaan panel surya di sektor residensial, karena matahari di Indonesia cukup dalam sepanjang tahun. “Kita harus manfaatkan itu, edukasi ke masyarakat kalau kita itu dibanding negara seperti Amerika, kan matahari mereka cuma tiga bulan tapi mereka saja sudah pasang. Apalagi daerah kita,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement