REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan penerbangan yang berbasis di Miami AS, Doroni Aerospace, mengungkap bahwa mobil terbangnya akan mengudara dalam dua tahun mendatang. Adapun harganya bisa mencapai 350 ribu dolar AS atau sekitar Rp 5,3 miliar.
CEO Doroni Aerospace, Doron Merdinger, mengatakan kepada TMZ bahwa perusahaannya sedang melakukan uji coba kendaraan dengan dua tempat duduk yang terlihat seperti drone. Ia berharap, mobil terbang tersebut bisa dipakai tidak lebih dari tahun 2025.
Merdinger mengibaratkan Doroni H1 sebagai 'roadster' terbang yang dirancang untuk perjalanan singkat, membawa penumpang ke ketinggian hampir 30 meter dengan kecepatan hingga 140 mil per jam. Dalam uji cobanya, perusahaan melakukan penerbangan tanpa awak pertama dengan prototipenya, dan dalam beberapa bulan ke depan perusahaan akan melakukan uji skala penuh dengan awak.
H1 akan disertifikasi oleh Federal Aviation Administration sebagai Light Sport Aircraft, yang berarti pengguna hanya memerlukan surat izin mengemudi dan pelatihan selama 20 jam.
“Kami berharap dapat mulai menjual dan menyewakan 22 unit pada tahun ketiga dan 722 unit pada tahun kelima. Kami mengantisipasi Doroni H1 eVTOL akan menghasilkan revenue, mulai dari responden pertama, penegak hukum, angkatan bersenjata, letter of intent untuk pemesanan awal dari perusahaan keamanan, dan pengguna rekreasi," kata perusahaan seperti dilansir dari Daily Mail, Jumat (17/3/2023).
“Setelah itu, kami berencana untuk memposisikan diri kami agar dapat diakuisisi oleh kontraktor pertahanan global, produsen mobil seperti General Motors, atau perusahaan berbagi tumpangan seperti Uber dan Lyft,” jelas dia.
Mobil terbang ini memiliki dua set sayap dengan kipas angin besar, muatan seberat 500 pon, dan roda, yang menurut perusahaan membuatnya terlihat seperti drone yang melayang. Doroni H1 memiliki tiga gerakan sumbu yaitu pitch, roll, dan yaw. H1 diharapkan dapat menjangkau jarak 96 kilometer dan dapat diisi daya di garasi.
Merdinger mengatakan bahwa baterainya dapat terisi dari 20 hingga 80 persen dalam waktu sekitar 20 menit. "Kami telah merancang, membangun, menguji, dan berhasil mengangkat prototipe skala penuh seberat 643 pon, prototipe X8 eVTOL," jelas Merdinger.
Dia sebelumnya memperkirakan harga eceran awal sebesar 195 ribu dolar AS atau sekitar Rp 299,9 juta, namun Merdinger mengatakan bahwa angka tersebut telah naik karena melonjaknya biaya bahan baku. Perusahaan ini telah mengumpulkan lebih dari 2,7 juta dolar AS dari lebih dari 1.550 investor di platform crowdfunding ekuitas StartEngine.com.
Perusahaan ini telah mencapai target penggalangan dana pertamanya di platform tersebut dan telah menerima lebih dari 230 permintaan pre-order untuk pesawat yang akan dipasarkan. Sementara perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat ini sedang merancang kendaraan pribadi untuk daerah pedesaan, perusahaan Cina XPeng sedang membangun sebuah model untuk menerbangkan turis di sekitar kota.
Perusahaan ini mengklaim bahwa pesawat ini dapat mencapai kecepatan hingga 80mph hanya dalam beberapa tahun. XPeng X2 yang sepenuhnya bertenaga listrik dan diharapkan b bertahan di ketinggian sekitar 91 meter.
Adapun harganya diperkirakan akan sama dengan mobil mewah, seperti Bentley atau Rolls Royce, dan mulai dipasarkan pada tahun 2025. Brian Gu, presiden dan wakil ketua, mengatakan bahwa kendaraan itu memang diperuntukkan sebagai moda transportasi para konglomerat.
Namun, dengan beberapa rintangan peraturan yang masih harus dilewati, ia mengatakan bahwa kendaraan ini kemungkinan besar akan masih dibatasi jalurnya. Pemiliknya diperkirakan hanya akan membutuhkan surat izin mengemudi karena penerbangan awal kemungkinan harus dilakukan secara mandiri.