Jumat 03 Feb 2023 04:00 WIB

Ini Pemicu Pergerakan Tanah di Aceh

Fenomena pergerakan tanah terjadi di kawasan lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar.

Fenomena pergerakan tanah yang terjadi di kawasan lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar/ilustrasi
Foto: Republika
Fenomena pergerakan tanah yang terjadi di kawasan lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH---Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh menyatakan bahwa fenomena pergerakan tanah yang terjadi di kawasan lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar karena adanya jenis batuan berupa lapisan satuan tuf. "Di situ (Seulawah) memang kondisi tanahnya ada lapisan satuan tuf, yaitu batuan hasil letusan formasi gunung berapi Lamteuba," kata Kepala Dinas ESDM Aceh Mahdinur.

Sebelumnya, tanah di Desa Suka Damai, Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar mengalami pergeseran sejak sepekan terakhir, dan kondisinya semakin meluas hingga saat ini sudah mencapai kedalaman 1,3 meter.

Baca Juga

Untuk mengetahui penyebabnya, Dinas ESDM Aceh telah melakukan peninjauan, penyelidikan, pengamatan dan analisis bersama tim geologi pada di lintasan badan jalan nasional Km 80-81 di lembah Seulawah itu hingga sudah diketahui permasalahannya.

Mahdinur menyampaikan, batuan dalam satuan tuf tersebut lebih cepat mengalami swelling (mengembang) atau tingkat pengembangan yang tinggi. Sehingga, saat berada pada situasi hujan deras maka tanah di sana akan labil. "Kemudian saat curah hujan tinggi maka tingkat lempengan juga tinggi, sehingga ada akumulasi air dan menjadi beban, maka dari situ berpotensi terjadinya longsor," ujarnya.

Apalagi, lanjut Mahdinur, kawasan tersebut setiap harinya juga dilewati mobil pengangkutan dengan beban tinggi, dan kondisi itu juga mempengaruhi terjadinya pergerakan tanah.

Kata Mahdinur, pergerakan tanah di sana akan kembali terjadi jika terus diguyur hujan deras, dan tidak akan berhenti sampai dia menemukan titik keseimbangan.

Namun, untuk titik akhirnya sampai di mana sejauh ini belum diketahui, maka perlu segera dilakukan kajian secara mendalam sampai ditemukan solusi konkrit mengatasi peristiwa ini. "Memang bisa saja ditimbun, tetapi dikhawatirkan bisa berulang kembali, jadi tidak tuntas. Maka perlu dikaji secara akademis dan mendetail untuk bisa ditangani secara baik," demikian Mahdinur.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement