Rabu 25 Jan 2023 17:11 WIB

Sistem Sensorik Organ Ikan Kemungkinan Besar Bisa Diterapkan pada Robot Bawah Air

Peneliti mempelajari organ sensorik ikan pada jenis ikan cichlid asal Afrika.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Peneliti mempelajari organ sensorik ikan pada jenis ikan cichlid asal Afrika.
Foto: VOA/SAAB
Peneliti mempelajari organ sensorik ikan pada jenis ikan cichlid asal Afrika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan dari University of Bristol mempelajari organ sensorik ikan untuk memahami isyarat perilaku kolektif yang dapat diterapkan pada robot bawah air. Pekerjaan ini berpusat di sekitar organ penginderaan gurat sisi pada ikan cichlid Afrika, tetapi ditemukan di hampir semua spesies ikan. 

Hal ini memungkinkan ikan untuk merasakan dan menginterpretasikan tekanan air di sekitarnya dengan ketajaman yang cukup untuk mendeteksi pengaruh eksternal. Pengaruh itu seperti adanya ikan di sekitar, perubahan aliran air, predator, dan hambatan.

Baca Juga

Sistem garis rusuk secara keseluruhan tersebar di atas kepala, batang, dan ekor ikan. Kemudian, terdapat pada mekanoreseptor (neuromasts) yang berada di dalam saluran subdermal atau di permukaan kulit.

Penulis utama penelitian Elliott Scott dari University of Bristol's Department of Engineering Mathematics menjelaskan, tim peneliti berusaha mencari tahu area gurat sisi yang berbeda, garis rusuk di kepala versus gurat sisi di tubuh. Kemudian, berbagai jenis unit sensor gurat sisi seperti yang ada di kulit, dengan yang di bawahnya. Hal itu memainkan peran berbeda dalam cara ikan dapat merasakan lingkungannya melalui pembacaan tekanan lingkungan.

"Kami melakukan ini dengan cara baru, dengan menggunakan ikan hibrida, yang memungkinkan terciptanya variasi alami,” katanya, seperti dikutip dari laman phys.org, Rabu (25/1/2023).

Peneliti menemukan sistem gurat sisi di sekitar kepala memiliki pengaruh paling penting pada seberapa baik ikan dapat berenang. Sementara itu, adanya lebih banyak unit sensor gurat sisi, neuromast, yang ditemukan di bawah kulit menyebabkan ikan berenang lebih dekat bersama-sama, sementara kehadiran neuromast yang lebih besar pada kulit cenderung mengakibatkan ikan berenang lebih jauh.

Dalam simulasi, para peneliti dapat menunjukkan mekanisme di balik kerja garis rusuk dapat diterapkan tidak hanya pada sisik kecil yang ditemukan pada ikan sebenarnya, tetapi juga pada skala yang lebih besar. Penelitian ini dapat menginspirasi jenis baru dari sensor tekanan yang mudah diproduksi untuk robotika bawah air, khususnya robotika segerombolan, di mana biaya merupakan faktor besar.

Elliott menambahkan, temuan ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang gurat sisi menginformasikan perilaku shoaling pada ikan. Selain itu, memberikan kontribusi desain baru sensor tekanan murah yang dapat berguna pada robot bawah air yang harus bernavigasi di lingkungan gelap atau keruh.

Saat ini, tim peneliti berencana untuk mengembangkan sensor lebih lanjut dan mengintegrasikannya ke dalam platform robot untuk membantu robot bernavigasi di bawah air dan menunjukkan keefektifannya. Makalah ini diterbitkan di Royal Society Open Science.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement