REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejak Elon Musk mengambil alih jejaring sosial Twitter, dia membuat gebrakan-gebrakan besar di di perusahaan. Setelah membuat kontroversi dengan memecat ribuan karyawan dan kontraktor, Musk membuat perubahan dengan menghadirkan enkripsi end-to-end untuk direct message atau pesan langsung.
Enkripsi end-to-end akan menjadi fitur yang harus dimiliki di semua aplikasi obrolan yang tersedia di iPhone dan Android. Fitur keamanan diaktifkan secara default di iMessage, WhatsApp, dan Signal. Demikian pula, Telegram mendukung enkripsi end-to-end, seperti halnya Messenger Meta. Namun, Anda harus mengaktifkannya untuk setiap obrolan individu.
Pesan RCS Google juga mendukung enkripsi end-to-end. Secara terpisah, Meta mengatakan ingin menyatukan obrolan WhatsApp, Messenger, dan Instagram ke dalam satu platform yang mendukung enkripsi end-to-end. Namun rencana itu belum juga membuahkan hasil.
Twitter tidak memiliki enkripsi end-to-end yang berfungsi pada Pesan Langsung. Namun, perusahaan mulai mengerjakannya pada 2018. Itu tentu saja merupakan peningkatan signifikan yang dapat membuat Twitter lebih bermanfaat. Sayangnya, pengguna jangan dulu berekspektasi terlalu tingi sampai perusahaan lebih stabil.
Yang jelas Twitter sedang menggarap fitur tersebut. Peneliti aplikasi Jane Manchun Wong menemukan jejak kode di Twitter untuk Android, yang menunjukkan bahwa Direct Message akan mendukung enkripsi end-to-end. Dia memposting tangkapan layar di Twitter yang kemudian menarik perhatian Musk.
Musk menjawabnya dengan emoji wajah yang mengedipkan mata, sepertinya mengonfirmasi bahwa fitur tersebut sedang dalam pengembangan.
Namun, tidak ada batas waktu untuk rilis enkripsi end-to-end untuk obrolan Twitter. Selain itu tidak jelas apakah Twitter memiliki sumber daya untuk melakukannya sekarang.
Enkripsi end-to-end akan membawa komunikasi yang aman ke Twitter, sebuah fitur yang pasti dibutuhkan Musk untuk visi keseluruhan apa pun yang dia miliki untuk jejaring sosial.