Rabu 16 Nov 2022 12:50 WIB

Kacau Setelah Dibeli Elon Musk, Banyak Orang tak Bisa Tinggalkan Twitter

Meski banyak yang migrasi dari Twitter, tidak semua bisa meninggalkan Twitter.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Akun Twitter Elon Musk dengan tanda centang biru.
Foto: REUTERS/Dado Ruvic
Akun Twitter Elon Musk dengan tanda centang biru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kurang dari sebulan sejak Elon Musk menjadi pemilik baru Twitter. Saat dia mengambilalih, Twitter menjadi kacau. Ini membuat banyak pengguna meninggalkan platform, termasuk tokoh publik, politikus, dan selebriti.

Selain mereka, para pengiklan juga ikut hengkang yang memengaruhi pendapatan perusahaan. Di saat yang sama, Musk malah memecat para petinggi perusahaan, separuh karyawan, dan ribuan pekerja kontrak.

Baca Juga

Dengan yakinnya, Musk meluncurkan Twitter Blue baru senilai 8 dolar AS atau sekitar Rp 125 ribu. Sayangnya, Blue menjadi sebuah bencana. Bahkan, Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat (FTC) mengatakan keprihatinan yang mendalam nasib Twitter di bawah Musk. Kondisi diperparah dengan pernyataan Musk bahwa kebangkrutan bisa saja terjadi.

Kekacauan era Musk telah membuat banyak pengguna menjelajahi platform alternatif Twitter. Salah satunya adalah platform terdesentralisasi yang didirikan pada tahun 2016, Mastodon.

Mastodon telah muncul sebagai platform alternatif teratas untuk orang yang berhenti menggunakan Twitter. Pada April lalu, terlihat peningkatan pengguna, saat pembelian Musk diumumkan. Banjir pengguna baru semakin terjadi sejak Musk resmi mengambilalih Twitter.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement