REPUBLIKA.CO.ID, TALLINN -- Perangkat militer merupakan kunci kedaulatan suatu bangsa. Oleh karena itu, perangkat tersebut harus bisa jadi perangkat yang canggih dan efektif agar bisa memberikan "ancaman" bagi lawan.
Dikutip dari Task and Purpose pada Rabu (19/10), salah satu cara untuk menghadirkan perangkat militer yang optimal adalah menerapkan teknologi robotik dalam militer. Hal ini pun dibuktikan lewat adanya sejumlah robot yang diterapkan dalam perang antara Rusia dan Ukraina.
Salah satu robot yang telah didesain untuk menunjang militer adalah robot yang disebut dengan Tracked Hybrid Modular Infantry Systems (THeMIS). Robot buatan Milrem Robotic dari Estonia itu saat ini telah digunakan oleh 16 negara seperti Prancis, Jerman, Spanyol dan Inggris.
Sebagai perangkat pertahanan, robot tersebut hadir dengan fitur integrated self-stabilizing remote-controlled weapon system yang mampu memberikan peran optimal baik saat siang maupun malam hari.
Untuk bisa berjelajah di berbagai medan, battlebots ini hadir dengan power option berupa mesin diesel dan electric generator. Artinya, dalam kondisi tertentu, robot ini bisa bermobilisasi dengan senyap sehingga tak mudah terdeteksi oleh lawan.
Soal pengendalian, perangkat ini mengandalkan sensor light detection and ranging atau lidar. Selain itu, THeMIS juga mengandalkan kamera infrared dan thermal sehingga menghadirkan visibilitas yang optimal dalam beragam kondisi.
Peran battlebots juga telah dilirik oleh Amerika Serikat (AS). Dalam beberapa tahun terakhir, AS telah melakukan uji coba battlebots dalam sejumlah kategori baik itu ringan, sedang hingga berat.
Di AS, perangkat itu disebut dengan Robotic Combat Vehicle yang dikendalikan lewat remote weapons stations. Perangkat itu pun telah dibekali dengan sejumlah persenjataan seperti senapan rantai, senapan mesin dan missile launchers.
Beragam langkah yang dilakukan oleh berbagai negara itu pun semakin menegaskan besarnya kemungkinan industri robot akan semakin mengambil peran dalam dunia militer. Terlebih, Rusia juga telah menerapkan battlebots dalam sejumlah operasi militer.
Langkah itu diawali Rusia dengan menguji UGV di Suriah pada 2018. Sejumlah perangkat yang digunakan diantaranya adalah drone pemindai ranjau dan tank robotik bersenjata berat dalam fungsi pengintaian dan penembakan.
Selanjutnya, pada 2021, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa tank robotik itu kembali dilibatkan dalam latihan khusus yang dilakukan di Wilayah Nizhny Novgorod. Selanjutnya, drone pemindai ranjau juga dilibatkan oleh militer Rusia dalam mencari ranjau di Ukraina.