Selasa 01 Nov 2022 01:05 WIB

Elon Musk Bantah Laporan Rencana PHK Karyawan Twitter

Elon Musk membantah laporan New York Times soal rencana PHK karyawan Twitter

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Christiyaningsih
Elon Musk membantah laporan New York Times soal rencana PHK karyawan Twitter. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Francois Mori
Elon Musk membantah laporan New York Times soal rencana PHK karyawan Twitter. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Miliarder Elon Musk membantah laporan New York Times yang menyebut dia berencana memberhentikan karyawan Twitter sebelum awal bulan depan untuk menghindari pembayaran. Dia membalas cuitan salah seorang warganet yang menanyakan tentang laporan.

“Ini salah,” kata Musk dikutip dari BBC, Senin (31/10/2022).

Baca Juga

Pekan lalu, Musk menyelesaikan pengambilalihan Twitter senilai 44 miliar dolar AS atau sekitar Rp 685 triliun setelah melalui drama panjang. Pembelian Twitter mengikuti langkah Musk yang memecat beberapa petinggi Twitter, termasuk kepala eksekutif, ketua, dan kepala keuangan. Pada akhir pekan, The New York Times melaporkan Musk telah memerintahkan PHK besar-besaran di seluruh tenaga kerja Twitter.

Surat kabar itu mengatakan PHK akan dilakukan sebelum 1 November. Pengambilalihan tersebut telah mendorong diskusi di antara pengguna Twitter tentang seperti apa nasib platform di bawah kepemilikan Musk.

Beberapa telah menyuarakan keprihatinan akan kebijakan kebebasan berbicara yang dilakukan Musk. Ini berarti orang yang dilarang karena ujaran kebencian atau disinformasi dapat diizinkan kembali ke platform.

Pekan lalu Musk mengatakan dia tidak ingin platform tersebut menjadi ruang untuk kebencian dan perpecahan. “Twitter tidak bisa menjadi neraka untuk semua orang di mana mereka dapat mengatakan apa pun tanpa konsekuensi,” ujar dia.

Namun, setelah menyangkal laporan PHK New York Times, Musk mengunggah cuitan tangkapan layar dari headline New York Times tentang dia menguggah tautan ke situs yang diketahui menerbitkan berita palsu.

Headline New York Times merujuk pada balasan yang diunggah Musk dan kemudian dihapus pada akhir pekan untuk tweet mantan kandidat presiden AS Hillary Clinton. Jawabannya berisi tautan ke teori konspirasi tentang penyerangan terhadap Paul Pelosi, suami Ketua DPR AS Nancy Pelosi.

Di saat yang sama, Musk juga memberikan tanggapan atas pertanyaan tentang pengguna yang diverifikasi yang mendapat tanda centang biru. Musk mengatakan proses verifikasi akan direvisi. "Seluruh proses verifikasi sedang diubah sekarang,” ucap dia tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Perusahaan dilaporkan berencana memberikan biaya kepada pengguna yang diverifikasi. Selain soal verifikasi akun, Musk juga memulai jajak pendapat Twitter yang menanyakan lebih dari 112 juta pengikutnya apakah dia harus mengembalikan aplikasi video pendek Vine. Layanan itu memungkinkan pengguna untuk berbagi klip looping berdurasi enam detik dibeli oleh Twitter pada tahun 2012.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement