REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Ahli genetika Swedia, Svante Paabo memenangkan Hadiah Nobel 2022 dalam bidang Fisiologi atau Kedokteran pada Senin (3/10/2022). Dia meraih Nobel karena meneliti genom manusia purba.
Paabo merupakan direktur di Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusi di Leipzig, Jerman. Dia memenangkan hadiah Nobel untuk penemuan gen manusia purba yang telah punah. Dari penemuan gen tersebut, Paabo menjelaskan tentang evolusi manusia.
Sekretaris Komite Nobel untuk Fisiologi atau Kedokteran, Thomas Perlmann, mengatakan, Paabo sangat bahagia ketika menerima telepon yang mengabarkan bahwa dia berhasil mendapatkan Nobel. Paabo (67 tahun) mengatakan, dia pikir telepon dari Swedia berkaitan dengan masalah di vila musim panas keluarganya.
"Saya mendapat telepon dari Swedia dan tentu saja, saya pikir itu ada hubungannya dengan rumah musim panas kecil kami di Swedia. Saya pikir mesin pemotong rumput telah rusak atau semacamnya," ujar Paabo.
Paabo mengatakan, dia tidak pernah berpikir akan mendapatkan penghargaan Nobel. Penghargaan tersebut diberikan oleh Majelis Nobel Institut Karolinska Swedia dan uang senilai 10 juta krona Swedia.
"Tidak, saya telah menerima beberapa hadiah sebelumnya tetapi entah bagaimana saya tidak berpikir bahwa (penelitian) ini benar-benar akan memenuhi syarat untuk Hadiah Nobel," ujarnya.
Paabo adalah putra seorang ahli biokimia pemenang Hadiah Nobel. Penelitian Paabo dapat mengubah studi tentang asal usul manusia, setelah mengembangkan cara untuk memungkinkan pemeriksaan urutan DNA dari sisa-sisa arkeologi dan paleontologi.
Paabo membantu mengungkap keberadaan spesies manusia yang sebelumnya tidak dikenal yang disebut Denisovans. Dia mengambil fragmen tulang jari berusia 40.000 tahun yang ditemukan di Siberia. Penelitian ini dianggap sebagai metode yang dikembangkan untuk memungkinkan pengurutan seluruh genom Neanderthal.
Penelitian ini menunjukkan bahwa, gen tertentu yang berasal dari Neanderthal tersimpan dalam genom manusia saat ini. Sebelumnya pendapat ini pernah dianggap mustahil, karena DNA Neanderthal pada tulang telah menyusut selama ribuan tahun menjadi fragmen pendek yang harus disusun seperti teka-teki raksasa, dan juga terkontaminasi dengan DNA mikroba.
"Aliran gen purba ke manusia masa kini memiliki relevansi fisiologis hari ini, misalnya mempengaruhi bagaimana sistem kekebalan tubuh kita bereaksi terhadap infeksi," kata Komite Nobel dalam sebuah pernyataan.