Hasilnya, anak-anak yang lebih besar mengambil langkah-langkah yang lebih kecil tetapi lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak yang lebih kecil. Cara berjalan dengan kaki lebih ditekuk terus bertahan hingga anak besar, bahkan sampai dewasa.
Ada kemungkinan gaya berjalan khas itu berkaitan dengan kebiasaan anak-anak berjalan kaki ke sekolah setiap pagi. Cukup umum melihat siswa yang lebih muda mencoba mengikuti anak-anak yang lebih besar dengan mengambil langkah yang lebih besar.
Anak-anak yang lebih besar dalam penelitian, yakni usia 11 atau 12 tahun, lebih banyak menekan jari kaki dan menggunakan lebih sedikit rentang gerak di lutut saat berjalan. Menurut peneliti, ini mungkin ada hubungannya dengan cara duduk tradisional Jepang, yang dikenal sebagai seiza, ketika kaki bagian bawah diselipkan di bawah pantat duduk di lantai.
Ito dan timnya juga memeriksa apakah cara kecepatan berjalan anak-anak, serta indikator kesehatan fisik lainnya, berubah selama pandemi Covid-19 sebagai akibat dari penutupan sekolah dan pembatalan acara publik. Penelitian akan diterbitkan di International Journal of Environmental Research and Public Health.