REPUBLIKA.CO.ID, RHODE ISLAND -- Para penjelajah menemukan serangkaian lubang misterius yang “berjajar sempurna” kira-kira 2,6 kilometer di bawah permukaan laut. Para ilmuwan tidak tahu siapa atau apa yang membuatnya.
Dilansir dari Live Science, Senin (1/8/2022), lubang aneh itu ditemukan oleh awak kapal Okeanos Explorer National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) saat mereka menyelidiki Mid-Atlantic Ridge, wilayah dasar laut yang sebagian besar belum dijelajahi yang merupakan bagian dari pegunungan terbesar di dunia.
Lubang-lubang tersebut membentuk garis lurus dan muncul pada jarak yang berulang secara teratur. Lubang dikelilingi oleh gundukan kecil sedimen. Ini bukan pertama kalinya lubang terlihat di area tersebut. Dua ilmuwan kelautan dari US National Marine Fisheries Service juga melihat lubang misterius di dasar laut selama penyelaman pada 2004.
“Lubang-lubang ini sebelumnya telah dilaporkan dari wilayah tersebut, tetapi asal-usulnya tetap menjadi misteri,” tulis para peneliti NOAA di Facebook.
“Meskipun terlihat hampir seperti buatan manusia, tumpukan kecil sedimen di sekitar lubang membuatnya tampak seperti digali oleh ... sesuatu.”
Pada 2004, para ilmuwan mengusulkan bahwa organisme yang hidup di atau menyaring sedimen dasar laut membuat lubang, tetapi karena tidak ada yang pernah melihat makhluk seperti itu membuat lubang, asal-usul mereka tidak diketahui. Spekulasi publik di bawah halaman Facebook posting NOAA sangat beragam.
Ada yang berspekulasi retakan di permukaan lantai yang terbuat dari gas yang keluar, hingga kerajinan manusia bawah air yang menggali harta karun, hingga semut, alien, dan bahkan bintang laut yang melakukan jungkir balik.
Misteri yang belum terpecahkan ini mengingatkan kita pada “jalan bata kuning” bawah air ke Atlantis yang ditemukan oleh penjelajah laut di puncak gunung bawah laut dekat Hawaii pada Mei. Para ilmuwan menjelaskan penemuan itu-mereka menduga bahwa pemanasan dan pendinginan dasar laut di beberapa letusan gunung berapi menciptakan jalur yang aneh.
Apa yang menciptakan lubang mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk diketahui. Para peneliti akan terus menjelajahi wilayah tersebut hingga September sebagai bagian dari ekspedisi Voyage to the Ridge 2022. Ilmuwna bertujuan untuk memetakan terumbu karang dan habitat spons di kawasan itu bersama dengan mempelajari ventilasi hidrotermal di kawasan itu dan zona patah dan keretakan.