Sabtu 30 Jul 2022 05:51 WIB

Studi Temukan Asal-usul Toleransi Laktosa Selama Ini Ternyata Salah

Hanya sepertiga orang dewasa saat ini yang dapat mencerna laktosa.

Minum susu (ILustrasi). Hanya sepertiga orang dewasa saat ini yang dapat mencerna laktosa.
Foto:

Hasil yang mengejutkan

Hasil penelitian ini bertentangan dengan kepercayaan luas bahwa konsumsi susu sejak nenek moyang prasejarah kita menyebabkan evolusi variasi genetik yang memungkinkan mereka mencerna laktosa bahkan setelah dewasa.

Asumsi ini sebagian dapat ditelusuri ke pemasaran dugaan manfaat kesehatan dari toleransi laktosa. Selama bertahun-tahun, perusahaan susu, dokter, dan bahkan ahli gizi telah menjajakan susu dan produk susu sebagai suplemen penting vitamin D dan kalsium serta sumber air bersih yang baik. Namun, para peneliti dengan cepat menolak ide-ide ini setelah menganalisis sejumlah besar DNA dan informasi medis orang-orang di Inggris. 

Mengapa persistensi laktase berevolusi?

Studi genetik menunjukkan bahwa persistensi laktase adalah "sifat gen tunggal yang paling kuat dipilih untuk berevolusi dalam 10.000 tahun terakhir," kata Thomas.

Pada sekitar 1.000 SM, jumlah manusia yang mampu mencerna laktosa, yang dikodekan dalam satu gen, mulai meningkat pesat. Setelah menemukan bahwa konsumsi susu tidak berada di balik ledakan pertumbuhan ini, para peneliti menguji dua hipotesis alternatif.

Satu hipotesis adalah bahwa ketika manusia terpapar lebih banyak patogen, gejala intoleransi laktosa yang dikombinasikan dengan agen infeksi baru bisa menjadi mematikan.

"Kami tahu bahwa paparan patogen akan meningkat selama 10.000 tahun terakhir seiring dengan meningkatnya kepadatan populasi, karena orang hidup lebih dekat dengan hewan peliharaan mereka," ungkap Thomas.

Hipotesis lainnya berkaitan dengan kelaparan. Ketika tanaman yang ditanam oleh populasi prasejarah yang tidak toleran terhadap laktosa gagal, susu dan produk susu menjadi satu-satunya pilihan makanan mereka.

"Jika Anda orang sehat, Anda terkena diare. Ini memalukan. Jika Anda kekurangan gizi parah dan Anda diare, kemungkinan besar Anda akan mati," kata Thomas.

Para peneliti menggunakan metode pemodelan komputer yang sama untuk memeriksa apakah ide-ide ini dapat menjelaskan evolusi persistensi laktase dengan lebih baik.

"Dan mereka melakukannya, jauh, jauh lebih baik," kata Thomas. "Semua teori yang pada akhirnya berhubungan dengan penggunaan susu ini tampaknya tidak membantu."

Studi ini sebagian besar berfokus pada populasi Eropa dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk benua lain. Sayangnya, menemukan DNA purba di negara-negara Afrika lebih sulit karena lebih panas, "dan panas adalah penentu besar apakah DNA bertahan," kata Thomas.

 

 

sumber: https://www.dw.com/id/studi-asal-usul-toleransi-laktosa-selama-ini-ternyata-salah/a-62635074

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement