Selasa 12 Jul 2022 12:35 WIB

Elon Musk Vs Drama Pembelian Twitter

Elon Musk dan twiter kini saling adu kekuatan di pengadilan.

Elon Musk
Foto:

Heboh beli Twitter

Dalam waktu yang singkat, Twitter menggandeng firma hukum Wachtell, Lipton, Rosen and Katz untuk menangani masalah ini. Firma hukum ini rupanya pernah menjadi penasihat hukum Elon Musk pada 2018.

Ketika itu Musk ingin mengubah Tesla menjadi perusahaan privat atau tertutup. Dia tidak merealisasikan rencana tersebut meski mengaku sudah mendapatkan dana senilai 72 miliar dolar Amerika Serikat.

Kuasa hukum Twitter mengajukan berkas tuntutan, menuduh "Tuan Musk dan pihak Musk lainnya secara sadar, sengaja dan secara material melanggar kesepakatan", dikutip dari The Verge.

Drama pembelian Twitter ini masih berlanjut. Tidak lama setelah pernyataan Twitter menuntut balik ke pengadilan, Elon Musk mencuit yang diduga respons terhadap isu tersebut.

Dalam cuitannya, dia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengunggah gambar karakter Malenia Blade of Miquella dari game Elden Ring, yang sedang memegang pedang dan mengenakan pakaian perang.

Kabar heboh pembelian Twitter ini bermula pada April 2022. Musk yang dikenal sering mengadakan jajak pendapat di mikroblog itu untuk keputusan bisnis, secara mengejutkan mengumumkan dia sedang menawar untuk membeli Twitter, melalui cuitan tertanggal 14 April.

"Saya membuat penawaran," kata @elonmusk sambil menyertakan tautan ke berkas resmi.

Musk dikenal aktif dan sering mengkritik kebijakan Twitter. Sebelum membuat penawaran, dia pernah membuat jajak pendapat (voting) apakah Twitter perlu tombol menyunting (edit). Secara terang-terangan Musk berpendapat bahwa Twitter menghambat kebebasan berbicara.

"Dengan 'kebebasan berbicara', maksud saya adalah yang sesuai dengan undang-undang. Saya menentang sensor yang melebihi undang-undang. Jika orang-orang mau lebih sedikit kebebasan berbicara, mereka akan minta pemerintah menyetujui undang-undang untuk itu," kata Musk.

Musk, setelah mengumumkan rencana pembelian, juga pernah mengatakan media sosial Truth, milik perusahaan Donald Trump, ada karena Twitter menyensor kebebasan berbicara.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement