REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan Badan Antariksa Amerika (NASA) menemukan bukti potensial baru untuk kehidupan purba di Mars. Bukti potensial ini didapatkan Saat memeriksa data berusia delapan tahun dari penjelajah (rover) Curiosity Mars.
Ilmuwan menemukan karbon organik total. Ini merupakan bahan utama kehidupan dan secara mengejutkan kadarnya tinggi di batuan Mars yang dipindai oleh penjelajah.
Karbon organik mungkin berasal dari sumber yang tidak hidup, termasuk meteorit dan gunung berapi. Namun, penemuan ini memberikan dukungan baru yang sederhana untuk teori bahwa Mars mungkin telah penuh dengan kehidupan miliaran tahun yang lalu, dengan atmosfer yang memungkinkan keberadaan sungai dan seluruh lautan.
“Total karbon organik adalah salah satu dari beberapa pengukuran (atau indeks) yang membantu kami memahami berapa banyak bahan yang tersedia sebagai bahan baku untuk kimia prebiotik dan kemungkinan biologi,” kata Jennifer Stern dari Goddard Space Flight Center NASA dan penulis utama makalah baru yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences, dilansir dari Futurism, Rabu (29/6/2022).
Faktanya, tingkat karbon sebanding dengan beberapa bagian Bumi, meskipun terpencil. “Kami menemukan setidaknya 200 hingga 273 bagian per juta karbon organik,” tambah Stern.
Dia menuturkan kadar ini sebanding dengan atau bahkan lebih dari jumlah yang ditemukan di bebatuan di tempat kehidupan yang sangat rendah di Bumi, seperti bagian dari Gurun Atacama di Amerika Selatan. Jumlah ini pun lebih dari yang terdeteksi di meteorit Mars.
Curiosity menggunakan instrumen Sample Analysis at Mars (SAM) pada tahun 2014. Dii dalamnya Curiosity memanggang sampel batuan bubuk, batu lumpur berusia 3,5 miliar tahun, pada suhu tinggi. Proses tersebut mengubah sebagian karbon menjadi CO2, yang memungkinkan Curiosity mengukur rasio isotop karbon. Proses ini memberi para ilmuwan wawasan tentang sumber asli material tersebut.
Sampel diambil di dalam kawah Gale, sebuah situs yang diyakini sebagai danau Mars kuno.
“Pada dasarnya, lokasi ini akan menawarkan lingkungan yang layak huni bagi kehidupan, jika memang ada,” kata Stern dalam pernyataannya.
Ini adalah penemuan menarik yang dapat memiliki konsekuensi penting bagi pemahaman kita tentang kehidupan purba di Planet Merah, tetapi itu tidak berarti kita harus mendahului diri kita sendiri.
Menurut Stern, skenario yang lebih mungkin adalah bahwa total karbon organik adalah hasil dari proses tak hidup lainnya.
“Sementara biologi tidak dapat sepenuhnya dikesampingkan, isotop tidak dapat benar-benar digunakan untuk mendukung asal biologi karbon ini, karena jangkauannya tumpang tindih dengan karbon beku (vulkanik) dan bahan organik meteorit, yang paling mungkin menjadi sumber karbon organik ini,” ucap dia.