REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan menemukan ribuan tulang katak di sebuah lubang. Para arkeolog di Inggris bingung bagaimana 8.000 tulang katak dan katak yang berusia setidaknya 2.000 tahun mati di lubang kematian.
Ada berbagai teori-teori mulai dari kematian karena kedinginan hingga menukik yang mengerikan hingga pembunuh penyakit.
Dalam sebuah pernyataan, Vicki Ewens, arkeozoolog senior di Museum of London Archaeology, mengatakan temuan ini adalah penemuan yang membingungkan.
"Sejumlah peristiwa yang beragam, mungkin berinteraksi dalam jangka waktu yang lama, mungkin telah menciptakan kumpulan sisa-sisa katak ini," ucap dia, dilansir dari Live Science, Jumat (18/6/2022).
Tulang-tulang katak ditemukan di Bar Hill, Cambridgeshire, Inggris, di sebuah komunitas kuno yang ada antara 400 SM dan 70 M.
Tulang-tulang itu milik setidaknya 350 katak dan kodok yang berbeda. Parit tempat mereka ditemukan dekat dengan rumah bundar, yang merupakan tempat tinggal dengan struktur bundar. Tidak ada bukti bahwa manusia atau hewan lain memakan katak dan kodok.
Para peneliti memiliki beberapa teori tentang bagaimana tulang tetap berakhir di parit. Menurut para arkeolog, satu teori adalah bahwa selama musim kawin mereka di musim semi, sejumlah besar katak dan kodok bepergian secara massal untuk mencari saluran air untuk kawin. Namun, katak-katak itu tidak dapat menyelamatkan diri ketika jatuh ke parit.
Teori lain adalah bahwa amfibi ini terinfeksi dan dibunuh oleh virus menular pada saat yang bersamaan. Menurut para arkeolog, skenario serupa terjadi pada 1980-an ketika banyak katak di Inggris terinfeksi Ranavirus.
Mungkin juga amfibi mati akibat musim dingin yang sangat dingin. Penjelasan lain adalah bahwa kumbang dan kutu daun (serangga penghisap gula) mengerumuni biji-bijian dari rumah bundar, menarik katak dan kodok yang memakannya. Lama kelamaan, katak-katak itu mati di parit karena tidak bisa keluar.
Para arkeolog melakukan penggalian di Bar Hill menjelang proyek perluasan jalan raya di wilayah tersebut. Setelah penggalian selesai, benda-benda yang ditemukan akan dianalisis lebih lanjut. Namun, menurut perwakilan Museum of London Archaeology, katak dan tulang katak tidak akan menjalani analisis DNA.