Rabu 08 Jun 2022 16:45 WIB

Simulasi Baru Memetakan Cara Alam Semesta Awal Berkembang Setelah Big Bang

Simulasi itu berfokus pada apa yang disebut medium intergalaksi.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi alam semesta.
Foto: pixabay
Ilustrasi alam semesta.

REPUBLIKA.CO.ID, KEPULAUAN CANARI -- Sebuah simulasi baru memetakan bagaimana alam semesta berkembang di detik pertama setelah Big Bang. Simulasi itu berfokus pada apa yang disebut medium intergalaksi, atau gas dan debu antar galaksi.

Sebuah tim yang dipimpin oleh para peneliti di Institute of Astrophysics of the Canary Islands (IAC) menggunakan machine learning, sejenis algoritma di mana komputer dilatih untuk mengenali pola, untuk menyelesaikan 100 ribu jam perhitungan. Algoritma untuk proyek ini disebut Hydro-BAM.

Baca Juga

Karya baru ini memungkinkan para peneliti untuk memetakan fenomena termasuk materi gelap, gas berenergi, hidrogen netral, dan bahan kosmik lainnya yang penting untuk memahami struktur alam semesta kita. 

“Penelitian ini juga memungkinkan untuk mereproduksi dengan presisi tinggi apa yang disebut ‘hutan Lyman-alpha,” kata mereka, dilansir dari Space, Rabu (8/6/2022).

Hutan Lyman-alpha adalah pola garis tertentu dalam spektrum galaksi dan objek serupa yang tercipta saat awan gas hidrogen menyerap cahaya galaksi.

“Alam semesta virtual ini berfungsi sebagai tempat uji untuk studi kosmologi,” kata para peneliti.

“Namun, simulasi komputasi sangat mahal, dan fasilitas komputasi saat ini hanya memungkinkan (kita) untuk mengeksplorasi volume kosmik kecil.”

Hydro-BAM dirancang untuk memasukkan probabilitas, machine learning dan kosmologi, yang berarti sejarah alam semesta. “Algoritma ini memungkinkan untuk mendapatkan prediksi yang sangat akurat hanya dalam beberapa puluh detik,” kata para peneliti.

Memetakan garis penyerapan dalam spektrum galaksi memungkinkan tim untuk belajar tentang di mana awan gas hidrogen berada. Lokasi adalah proxy untuk jarak, mengingat alam semesta terus berkembang. Awan juga memberikan petunjuk tentang apa yang terkandung dalam medium intergalaksi gas dan debu.

"Terobosan datang ketika kami memahami bahwa hubungan antara jumlah gas intergalaksi, materi gelap, dan hidrogen netral yang kami coba modelkan terorganisasi dengan baik dalam cara hierarkis," kata Francesco Sinigaglia, seorang mahasiswa doktoral di University of La Laguna di Spanyol, IAC dan University of Padua di Italia, dan penulis utama penelitian. 

Studi terbaru tentang penelitian ini diterbitkan pada bulan Maret di The Astrophysical Journal, dan studi terkait diterbitkan dalam jurnal yang sama pada November 2021.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement