Rabu 25 May 2022 12:26 WIB

Jepang akan Kirim Astronaut ke Bulan Bersama NASA

AS dan Jepang meningkatkan kerja sama bidang antariksa.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Dalam foto yang disediakan oleh NASA ini, roket Space Launch System dengan pesawat ruang angkasa Orion berdiri di atas peluncur bergerak di Launch Complex 39B, Senin, 4 April 2022, saat tim peluncuran Artemis I melakukan tes gladi bersih di Kennedy Space Center NASA di Florida.
Foto: Joel Kowsky/NASA via AP
Dalam foto yang disediakan oleh NASA ini, roket Space Launch System dengan pesawat ruang angkasa Orion berdiri di atas peluncur bergerak di Launch Complex 39B, Senin, 4 April 2022, saat tim peluncuran Artemis I melakukan tes gladi bersih di Kennedy Space Center NASA di Florida.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON—Astronaut Jepang akan ikut misi Badan Antariksa Amerika (NASA) Artemis ke Bulan. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengonfirmasi komitmen itu pada Senin (23/5/2022) selama pertemuan di Tokyo, Jepang. 

Seorang astronaut Jepang akan mengunjungi stasiun luar angkasa yang mengorbit di bulan Gateway yang direncanakan NASA. Kedua pemimpin negara juga mengatakan mereka memiliki “ambisi bersama” untuk menempatkan astronaut Jepang di Bulan.

Baca Juga

“Saya senang dengan pekerjaan yang akan kami lakukan bersama di stasiun Gateway di sekitar Bulan dan menantikan astronaut Jepang pertama yang bergabung dengan kami dalam misi ke permukaan Bulan di bawah program Artemis,” kata Biden dalam pengumuman agensi, dilansir dari Space, Rabu (25/5/2022).

Pekerjaan luar angkasa Jepang adalah bagian dari serangkaian perjanjian yang lebih besar antara negara itu dan AS mengenai berbagai hal mulai dari jaringan seluler 5G hingga keamanan siber hingga kolaborasi sains dan teknologi. Jika dikonfirmasi, perjanjian antariksa itu akan membuat Jepang semakin memperluas jangkauan dan mencapai eksplorasinya menyusul misi-misi penting dalam beberapa tahun terakhir.

Ini juga akan sejalan dengan janji pelantikan Kishida sejak Oktober untuk menempatkan astronaut Jepang di permukaan Bulan, termasuk merevisi kebijakan luar angkasa Jepang untuk memasukkan dorongan untuk pendaratan awak di Bulan.

Jepang sudah menjadi pemain luar angkasa utama. Pada Desember 2020, misalnya, Badan Eksplorasi Luar Angkasa Jepang (JAXA) membawa kembali sampel asteroid ke Bumi. JAXA adalah mitra lama Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), paling dikenal, mungkin, karena modul sains Kibo dan teknologi lengan robotnya. Akhir tahun ini, astronaut veteran Koichi Wakata akan menjadi orang Jepang pertama yang bergabung dengan misi SpaceX Dragon ke ISS.

JAXA ingin menyegarkan korps astronautnya. Agensi tersebut membuka rekrutmen pertamanya dalam 13 tahun pada 2021 dan menarik rekor 4.127 pelamar untuk kesempatan tersebut, Japan Times melaporkan.

Sementara itu, pemerintahan Joe Biden bekerja di arena luar angkasa internasional yang berubah dengan cepat. Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari masih berlangsung dan telah menghancurkan banyak kemitraan luar angkasa.

Sementara perjanjian antar lembaga ISS tetap ada dengan Rusia, tidak ada jaminan kompleks orbital akan melihat misinya diperpanjang melampaui 2024, meskipun Biden telah memberi wewenang kepada AS untuk melanjutkan operasi selama enam tahun lagi.

AS dengan cepat memperluas pekerjaan luar angkasanya di Asia. Pada 21 Mei, Biden dan presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengadakan pertemuan puncak di Seoul, di mana Biden setuju untuk memperluas kolaborasi mereka di semua sektor kerja sama luar angkasa, menurut laporan SpaceNews.

Jepang adalah peserta penandatangan Artemis Accords yang berupaya mengatur kegiatan ruang angkasa sipil di antara sekutu. Beberapa negara lagi telah menandatangani perjanjian dalam beberapa pekan terakhir, sehingga jumlah total peserta menjadi 19. AS dan Jepang berencana untuk memperdalam kesepakatan mereka melalui pengaturan pelaksanaan nanti pada 2022.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement