REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China ingin meluncurkan teleskop ruang angkasa besar pertamanya pada akhir 2023 untuk mengamati langit. Teleskop ini diharapkan bisa memberikan wawasan baru tentang galaksi jauh, dan membuka misteri materi gelap dan energi gelap.
Dilansir dari Space, Kamis (19/5/2022), Teleskop Stasiun Luar Angkasa China (CSST) adalah observatorium ruang angkasa optik dan ultraviolet yang akan membanggakan lensa berdiameter dua meter. Teleskop ini sebanding dengan Teleskop Luar Angkasa Hubble.
"Meskipun resolusi teleskop China akan serupa dengan Hubble, bidang pandang CSST akan menjadi 350 kali lebih besar," kata Liu Jifeng, wakil direktur Observatorium Astronomi Nasional China, mengatakan kepada outlet yang dikelola pemerintah China Xinhua.
Ini berarti CSST akan dapat mengamati bentangan langit yang jauh lebih besar pada suatu waktu dibandingkan Hubble yang kini berusia 32 tahun. Teleskop akan mensurvei 40 persen langit dengan kamera 2,5 miliar piksel selama masa misi 10 tahun yang direncanakan, menurut dokumen dari kelompok dalam akademi Ilmu Pengetahuan China.
Sementara itu, Badan Antariksa Amerika (NASA) telah meluncurkan penerusnya sendiri untuk Hubble, Teleskop Luar Angkasa James Webb. Teleskop Webb memiliki cermin utama dengan diameter 6,5 meter.
CSST akan membawa empat instrumen tambahan untuk memetakan wilayah pembentuk bintang di Bima Sakti, mendeteksi objek yang bergerak cepat seperti komet dan asteroid, mempelajari lubang hitam supermasif, dan secara langsung mencitrakan eksoplanet.
Teleskop ini juga dikenal sebagai “Xuntian,” yang diterjemahkan menjadi “mensurvei langit.” Teleskop akan beroperasi di orbit yang sama dengan stasiun luar angkasa Tiangong di negara itu, memungkinkan teleskop untuk berlabuh dengan pos terdepan untuk perbaikan, pemeliharaan, dan peningkatan.
China berencana untuk menyelesaikan Tiangong pada akhir tahun ini, membuka jalan bagi peluncuran teleskop luar angkasa setahun kemudian.