Meskipun kurangnya pengawasan akan mempersulit pelacakan pertumbuhan virus tertentu, sebagian besar risiko penyakit diperkirakan terkonsentrasi di lokasi dataran tinggi di Afrika dan Asia.
Colin Carlson, rekan penulis lain dari penelitian ini, mengatakan ada transformasi besar-besaran dan sebagian besar tidak terdeteksi yang terjadi di dalam ekosistem. “Kami tidak mengawasi mereka dan itu membuat risiko pandemi menjadi masalah semua orang. Perubahan iklim menciptakan hotspot yang tak terhitung banyaknya untuk risiko zoonosis tepat di halaman belakang kita. Kita harus membangun sistem kesehatan yang siap untuk itu,” katanya.
Studi tersebut, menurut para ahli yang tidak terlibat dalam penelitian, menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk meningkatkan mekanisme yang diarahkan untuk mencegah pandemi di masa depan. Di sisi lain, studi menggarisbawahi penggunaan bahan bakar fosil yang menyebabkan masalah iklim.
“Temuan ini menggarisbawahi bahwa kita harus, mutlak harus, mencegah penyebaran patogen,” kata Aaron .
Vaksin, obat-obatan dan tes sangat penting tetapi tanpa investasi besar dalam pencegahan pandemi primer, yaitu konservasi habitat, pengaturan ketat perdagangan satwa liar, itu tidak akan mencegah penyebaran penyakit.
Campur tangan manusia telah lama diakui sebagai risiko penyakit, penelitian baru menawarkan "langkah maju yang besar" dalam memahami bagaimana perubahan iklim dapat memicu penyebaran virus.
“Yang lebih memprihatinkan adalah bahwa kita mungkin sudah berada dalam proses ini sesuatu yang tidak saya duga dan merupakan peringatan nyata bagi kesehatan masyarakat,” kata Peter Daszak, presiden EcoHealth Alliance, sebuah organisasi yang berfokus pada pencegahan pandemi. .
Ikuti Whatsapp Channel Republika
