Jumat 06 May 2022 05:29 WIB

Lautan Simpan Cadangan Gula yang Cukup untuk 32 Miliar Kaleng Coca Cola

Di seluruh dunia, lamun dapat menampung hingga 1,3 juta ton sukrosa

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Seorang wisatawan tengah menikmati keindahan kehidupan bawah laut. ilustrasi. Menurut penelitian baru, lautan mengandung cadangan gula yang sangat besar yang tidak pernah kita sadari.
Foto:

Senyawa kimia ini-ditemukan dalam anggur merah, kopi, dan buah, serta banyak tempat lain di alam adalah antimikroba yang menghambat metabolisme sebagian besar mikroorganisme. Para peneliti menguji hipotesis mereka di lapangan lamun bawah air yang sebenarnya untuk memastikan bahwa inilah yang terjadi, melalui teknik spektrometri massa.

“Dalam percobaan kami, kami menambahkan fenolat yang diisolasi dari lamun ke mikroorganisme di rizosfer kamun,” kata ahli mikrobiologi kelautan Maggie Sogin dari Institut Max Planck untuk Mikrobiologi Kelautan. “Dan memang, sukrosa jauh lebih sedikit dikonsumsi dibandingkan ketika tidak ada fenolik.”

Sekelompok kecil mikroba benar-benar berkembang biak dengan sukrosa meskipun ada fenolat. Para peneliti berpikir bahwa “spesialis mikroba” ini mungkin memberikan sesuatu kembali ke lamun sebagai imbalan, seperti nutrisi yang mereka butuhkan untuk tumbuh.

Lamun adalah beberapa penyerap paling penting di planet ini untuk karbon biru (karbon yang ditangkap oleh ekosistem laut dan pesisir dunia). Area lamun dapat menyedot karbon dua kali lebih banyak daripada hutan dengan ukuran yang sama di darat dan 35 kali lebih cepat juga.

Lamun adalah salah satu habitat paling terancam di planet ini karena aktivitas manusia. Ketika menghitung kehilangan penangkapan karbon dari padang lamun, para ilmuwan sekarang dapat memperhitungkan deposit sukrosa serta lamun itu sendiri.

“Kami tidak tahu banyak tentang lamun seperti yang kami ketahui tentang habitat berbasis darat,” kata Sogin.

 

“Studi kami berkontribusi pada pemahaman kami tentang salah satu habitat pesisir paling kritis di planet kita, dan menyoroti betapa pentingnya melestarikan ekosistem karbon biru ini,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement